Suasana pembagian berlangsung tertib. Warga yang datang tampak sabar mengantre, sebagian membawa anak-anak, sebagian lagi menahan haru ketika menerima bingkisan. Ada senyum yang merekah, ada doa yang diam-diam dipanjatkan.
Di tengah guyuran hujan yang tak kunjung reda, kegiatan ini menjadi pelita kecil yang menghangatkan. Bagi masyarakat, ini bukan sekadar daging kurban. Ini adalah perhatian, adalah bukti bahwa kantor pemerintahan pun bisa hadir secara nyata, tidak hanya sebagai lembaga pelayanan, tetapi juga sebagai tetangga yang peduli.
“Ini bentuk nyata keterlibatan kami dalam perayaan hari besar keagamaan sekaligus ungkapan rasa syukur dan kepedulian sosial,” tutup Antonius.(*)