Lebaran momentum kembali bersalaman

Lebaran momentum kembali bersalaman
H. Zahrul Azhar (Gus Hans)

HM. Zahrul Azhar As , Sip , Mkes
(Penasehat IPHI JATIM)

Idul fitri adalah momentum yang memilki ambient kondusif untuk saling bersilaturahmi dan bertamu kepada sanak saudara dan juga teman lama tak pernah berjumpa tanpa ada pertanyaan Motif dan tujuan dari kunjungan tersebut kecuali pertanyaan yang menyeramkan bagi para jomblo yang susah laku ; kapan nikah ? Sudah umur berapa ? Sudah punya calon belum? , etc.

Mudik dan unjung unjung adalah tradisi yang seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lebaran atau Idul fitri, selain baju baru dan kaleng biskuit isi Rengginang, tradisi “bid’ah Hasanah” ini memilik kekuatan yg luar biasa, ekonom memproyeksi perputaran uang dari aktivitas mudik pada periode Lebaran 2022 tembus Rp8.000 triliun. Angkanya tercatat tumbuh 4,26 persen dibanding perputaran uang pada bulan-bulan biasanya, yakni Rp7.672,4 triliun berdasarkan data Bank Indonesia (BI). Dan perputaran dimasa lebaran saja bisa mencapai 200 triliun, bisa jadi ini juga termasuk angpau yang saya bagikan ke keponakan keponakan yang tiap tahun kian bertambah , hehee.

Lebaran adalah mudik dan Mudik adalah irtual untuk kembali sejenak ke kampung halaman. Untuk pengingat siapa sebenarnya kita, dari mana kita berasal, sekaligus sebagai momentum untuk mencapai kesucian lahir dan batin. Sebuah proses “tazkiyatun nafs”; membersihkan jiwa yang sempat terkotori. Di saat mudik , kita merendahkan hati untuk menemui orang tua atau orang orang yg dituakan Lalu berani meminta maaf dan memaafkan.

Tradisi Mudik lebaran seakan tak terpengaruh oleh kecanggihan teknologi , bisa jadi kecanggihan teknologi justur mempermudah dan memperlancar proses mudik itu sendiri misal adanya aplikasi lalu lintas yang bisa mengetahui mana jalan yang macet dan yang lancar. Silaturahmi via Video call atau sejenisnya tak bisa menyamai rasa puasnya ketika bertemu langsung, terlebih pemerintah sudah mengizinkan untuk bisa mudik dengan syarat syarat yang mudah.

Sy memperkirakan dari sisi jumlah pemudik akan naik melebihi lebaran lebaran sebelum pandemi namun Akan sedikiti berkurang dari sisi “bawaan” atau buah tangan yang akan dibawa ke kampung halaman dikarenakan kondisi ekonomi yang belum 100% pulih , ada yg statusnya masih dirumahkan , ada yang masih menerima gaji 50% bahkan ada yg kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu perlu adanya “konsensus” dan saling memahami diantara para pemudik dan yang “dimudiki” bahwa esensi mudik bukanlah seberaa banyak yang dibawa tapi seberapa erat jabatan tangan yang akan diraih.