Ketika 80 Tahun Hari Jadi Jawa Timur

Ketika 80 Tahun Hari Jadi Jawa Timur
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan H. Imam Utomo dalam mementum HUT ke 80 Provinsi Jatim, Minggu (12/10/2025)

Dengan sebuah sabda pendek bahwa kemanfaatan adalah ukuran, bukan penghargaan bukan pencitraan, apalagi semua hanya memoles bukan kondisi riil di lapangan.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin itu ramah dan diperlakukan dengan ramah. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang yang lain.” (HR. Ath-Thabrani dalam Kitab Al Awsath).

Jaman sudah berubah, masih adakah pencitraan dan penghargaan menjadikan (maaf) kufur. Karena bukan membela mereka yang terpinggirkan, mereka yang berjuang mencari nafkah, tetapi terusir karena ketidakberdayaan dan kesewenang-wenangan yang berkuasa. Karena merasa “Kekuasaan itulah kebenaran”.

Tulisan pendek ini sekedar menggambarkan bahwa begitu tidak tergambarkan, Pembukaan UUD 1945, inti Rasulullah diutus di muka bumi sebagai penutup para nabi. Inti kehidupan dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Jaman memang sudah berubah, kesan kuat ketika 80 tahun Hari Jadi Jawa Timur, juga berubah. Mengapa tidak menggambarkan golongan lemah diperjuangkan sehingga menjadi “Gerbang kesejahteraan dan kemakmuran”.

Jika Jawa Timur “Gerbang Baru Nusantara”, hanya dinikmati segelintir pengusaha dan penguasa, maka apalah artinya, ketika membentangkan catatan 80 tahun Hari Jadi Jawa Timur.

Benarkah “Jawa Timur Tangguh Terus Bertumbuh”. Sebuah catatan banyak rakyat tidak mampu berteriak ketika tidak mampu mengikuti pola kebijakan penguasa di bidang pendidikan, karena harus membayar di luar kemampuan hanya karena ingin pencitraan.

Ribuan pedagang menangis ketika tidak pernah mendapat tempat berjualan yang laku untuk mempertahankan dan menyambung kehidupan ideal, walau sederhana.

Jaman memang sudah berubah. Apakah ketika 80 tahun Hari Jadi Jawa Timur, juga sudah berubah dan bergeser.

Mari bertanya kepada CETTAR, dimana Jatim CETTAR adalah sebuah program dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur yang merupakan singkatan dari Cepat, Efektif, Efisien, Tanggap, Transparan, Akuntabel, dan Responsif. Program ini bertujuan untuk mereformasi birokrasi dan meningkatkan kinerja pelayanan publik agar lebih baik, cepat, dan akuntabel melalui penerapan teknologi dan sistem yang terintegrasi, seperti aplikasi yang dapat diakses masyarakat.

Sebatas teknologi saja atau sudah membumi dirasakan jutaaan warga Jawa Timur, terutama yang berjuang dengan hidup pas-pasan.

Sudahkah “Jer basuki mawa beya” falsafah Jawa yang berarti “untuk mencapai kebahagiaan (kesuksesan) diperlukan pengorbanan (biaya)”. Pengorbanan ini tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga mencakup kerja keras, waktu, pikiran, dan perjuangan yang tulus untuk meraih tujuan. Diterapkan di Jawa Timur atau hanya semboyan saja. Dan lagi-lagi penghargaan lagi, penghargaan lagi.(Djoko Tetuko)