Arah pulang lari, biasanya hamba berhenti sebentar untuk membeli roti, dari gerobak dorong yang dulu masih marak. Cuma dua merek roti yang biasanya hamba dan keluarga beli, juga buat sebagian yang tinggal di daerah Menteng: kalau tidak Lauw , ya Tak Ek Tjoan. Itulah merek dua roti yang sangat beken dan lagendaris saat itu dan rasanya masih lezat dan khas. Sekarang kedua merek roti itu, masih ada, namun rasanya sudah beda. Dan keniknatannya sudah kalah dengan bakery-bakery modern.
Roti dimakan setelah hamba sampai rumah, mandi dan siap berangkat sekolah.
Kini tradisinya jelas sudah jauh berbeda. Selain hamba sudah tidak tinggal di daerah itu lagi, umur hamba juga sudah merambat masuk wilayah senja. Udah tua. Hamba telah pula punya anak dan cucu.
Kini selepas sholat subuh di mesjid, ganti baju dan cuci rambut, muka, tangan dan kaki, lalu minum air putih hangat, hamba duduk di kamar: mengetik tulisan di HP. Apa saja. Seperti hamba yang lakukan saat ini.
Selama bulan puasa hamba tiap hari menulis seri “Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh.”
Sebelum mulai menulis seri ini, hamba sudah menyusun 32 topik atau tema bahasan untuk 28 hari. Empat topik lainnya buat “cadangan.”
Selain itu ada tiga seri yang semula tak ada dalam daftar yang hamba buat sebagai topik tulisan, muncul dadakan, menggeser tiga tulisan yang sudah terdaftar.
Ketiga topik tulisan yang sebelumnya tidak masuk daftar: (1) Tip Sholat Subuh Berjemaah di Mesjid;(2) Haji; dan (3) Matematik Pahala Baca Al Quran. Selebihnya sesuai dengan rencana yang hamba buat.
Selain membuat tulisan seri tersebut, hamba juga masih menulis artikel-artikel lain dan tak ketinggalan tetap menulis puisi, khususnya belakangan ini mengambil inspirasi dari benda mati yang ada di sekitar kita. Sampai saat ini sudah ada 12 tema puisi seperti itu dan masih terus berlanjut.
Tentu menulis bagian-bagian buku juga tak hamba tinggalkan.
Hamba di rumah hanya berhenti menulis jika bermain atau menemani cucu, sebuah kebahagiaan tersendiri buat aki (kakek) seperti hamba ini.
Bulan puasa tahun silam, hamba juga setiap hari menulis. Temanya “human interset.”Tahun depan, jika tak ada aral melintang, dan hamba masih diberi umur panjang oleh Sang Pencipta, bulan puasa hamba sudah berencana menulis lagi seri selama bulan puasa. Masih dengan tema tertentu, tetapi berbeda dari dua tahun sebelumnya. Tiap tahun temanya, hemat hamba, harus berbeda. Biar selalu ada kebaharuan.
Pada kesempatan ini hamba ingin menghaturkan terima kasih kepada seluruh sobat yang telah membantu hamba, terutama para sobat di seluruh Indonesia yang membantu menayangkan tulisan hamba di link onlinenya masing-masing, setiap henti selama 28 hari.
Tanpa penyebut nama satu persatu, dan tanpa mengurangi rasa hormat, hamba sekali lagi menghaturkan hormat , menjura dan berterima kasih kepada seluruh kawan tersebut. Dengan bantuan sobat-sobat yang baik hati dan meluangkan waktu untuk menangani tulisan hamba, akhirnya tulisan hamba dapat tayang di seluruh Indobesia. Tak ada kata lain selain terima kasih.
Dalam kesempatan ini, hamba juga mohon maaf jika dalam tulisan hamba masih banyak kekurangan, baik subtansi maupun teknisnya. Begitu juga kalau ada tulisan hamba, yang langsung atau tidak langsung, menyinggung seseorang atawa kaum. Itu semua tidaklah hamba sengaja melainkan semata-mata hanya kelemahan hamba. Maaf dan maaf.
Akhirnya di ujung bulan penuh ampunan dan kemenangan ini, kepada semuanya, saudara, sobat, kawan, relasi dan kenalan, hamba menghatur selamat idhul fitri. Selamat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin.
T a b i k.***S E L E S A I
WINA ARMADA SUKARDI, Wartawan dan Advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Seluruh tulisan seri ini merupakan repotase/opini pribadi.