Yuki Yajima, relawan Palang Merah Jepang, sepekan di Jember, Jawa Timur, ikut terlibat langsung dalam kegiatan School and Community Risilience (SCR) Project, Kerja sama PMI dengan Japanese Red Cross Society (JRCS). Dia terpesona dengan alam desa, kagum aneka tanaman petani, dan keramahan warganya. Yuki Tajima, tak segan berbaur bahkan cepat menyatu bersama siapa pun di desa. Berikut catatan Mamang Pratidina, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang sepekan menyertai Yuki Yajima dan tim SCR Project di pesisir Selatan Jember.
Rabu sore, 17 Juni 2025, Sugiantoro, Ketua RW VI Dusun Panggul Melati, Desa Paseban, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, diam-diam keluar rumah, meninggalkan sejumlah staf dan relawan PMI yang sedang berdiskusi di teras rumah dengan duduk santai di atas karpet.
Mereka sedang melakukan _spotmap_ dusun Panggul Melati bersama Kepala Perwakilan JRCS di Indonesia, Teuku Awaluddin, Manajer Proyek Yana Maulana, dan Yuki Yajima. Yuki Yajima adalah Perawat sekaligus Sukarelawan JRSC asal Tokyo, dan sedang bertugas tiga bulan untuk Indonesia.
Tak lama berselang, Sugiantoro, pulang dengan sekarung ketela pohon segar dan masih berbalut tanah. Rupanya, Sugianto memanen ketela pohon untuk suguhan tamu-tamunya yang sedang berkegiatan di dusunnya.
Sekarung ketela pohon itu, langsung ditumpahkan ke lantai halaman dan dikupas ramai ramai oleh Sugiantoro, istri dan Sukarelawan PMI.
Ketela pohon yang berserak di lantai dan dikupas itu, membuat Yuki Yajima penasaran, dia ingin tahu lalu bertanya dalam Bahasa Inggris ; “ What’s that ? “. Spontan dijawab oleh Sukarelawan: “ These are Cassava “. Yuki mengangguk dan langsung memegang ketela pohon, lalu mengupasnya. Yuki ikut ke dapur mencuci, memarut, membumbui dengan gula kelapa, menanak, dan menggoreng, ketika ketela pohon diolah menjadi tiga jenis suguhan, kue Lemet, Ketela pohon rebus, dan goreng oleh relawan dan keluarga Sugiantoro.
Yuki yang ikut memasak kue singkong ini membuat terkejut dan rasa kagum keluarga Sugiantoro. Bahkan, cerita Yuki membuat Kue Lemet jadi viral di kalangan perangkat desa Paseban.
“ Saya di Jepang, hobi memasak. Saya jadi tertarik belajar masakan khas Indonesia. Saya baru kenal Singkong, terkejut dan kagum karena bisa diolah beragam masakan, maka saya ikut memasak dan saya menikmati prosesnya. Saat memasak Singkong itu, tidak akan saya lupakan dalam hidup saya. Saya Jatuh cinta pada Singkong , “ kata Yuki Yajima melalui pesan Whatsapp translaternya.
Tak hanya Singkong, dia juga penasaran tentang Air Kelapa Muda atau Degan (dalam Bahasa Jawa) minuman yang disuguhkan Sugianto. Relawan menjawab sambil menunjuk pohon kelapa dan buahnya di depan rumah Sugianto ; “ This is Coconut Fruit “.
Usai menikmati Singkong dan Kelapa Muda hari mulai senja, Yuki Yajima tiba-tiba mengajak Ahmad Fauzi, seorang anggota Korps Sukarelawan ( KSR ) PMI Jember, naik motor keliling desa.
Kepada Fauzi Yuki mengungkapkan kekagumannya kepada berbagai tanaman petani desa Kepanjen. Mereka tak melewatkan mampir ke Pantai Nyamplong Kobong di ujung dusun Jeni, desa Kepanjen. Yuki menikmati banget Pantai dusun Jeni, karena bisa melihat sunset bersanding dengan pemandangan gunung Semeru yang keluarkan asap.
“ Dia bilang baru pertama kali naik motor karena di Tokyo tidak pernah naik motor. Dia sangat kagum dengan kesuburan tanah, keasrian desa dan aneka tanaman petani. Bahkan ketika ada warga desa sedang hajatan pengantin, Yuki tertarik ingin menikmati budayanya, pakai sound dan tenda digelar di halaman rumah,” kata Ahmad Fauzi.
Kepedulian Yuki tidak hanya pada keasrian alam, bahan makanan di desa, tapi terhadap teman satu tim kerja dan warga desa. Dengan ibu-ibu warga desa, dan relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT), Yuki cukup gaul, selalu memperhatikan, dan berusaha melayani ketika mereka mengajak bicara meski berbeda bahasa.
Berusaha memahami apa yang diungkapkan, meski tidak dalam bahasa Inggris, yakni Bahasa Indonesia atau bahasa daerah sekalipun. Dia berusaha ingin memudahkan dan membuat nyaman siapa pun yang bersamanya.
“ Saya terkesan alamnya indah menenangkan, memberi ruang menikmati hidup. Tapi yang paling berkesan bagi saya adalah orang-orangnya yang ramah, hangat, terbuka, menerima satu sama lain. Banyak senyuman, banyak tawa, saya merasa di rumah sendiri,” ungkap Yuki Yajima.
Selasa sore, 17 Juni 2025 di rumah seorang warga desa Puger Wetan, kecamatan Puger, Jember yang dijadikan Posko kegiatan Pemataan dan Kajian Risiko Desa, Yuki menjadi perhatian setiap Sukarelawan dan warga desa yang ada di desa itu. Yuki tiba-tiba meraih sepatu-sepatu dan sandal di ujung pintu rumah yang berserakan tak tertata. Dia menata pasang demi pasang sepatu dan sandal hingga rapi dengan menghadapkan tiap pasang sepatu sandal ke arah ke luar. Posisi sepatu dan sandal tertata demikian, memudahkan pemiliknya bila hendak beranjak meninggalkan rumah. Semua kagum dan heran dengan tindakan ringan, sepele namun bernilai budi pekerti tinggi.
“ Saya itu heran dengan Yuki, beda dengan relawan JRCS yang sebelumnya. Ketika di rumah warga desa Puger Kulon, rela melayani menyediakan sendiri teh, kopi, dan suguhan untuk ngobrol. Ia bahkan tiba-tiba memanggil Mlijo (Penjual sayur) yang kebetulan lewat, lalu tawar menawar sendiri sayur mayur dengan gaya yang gaul lalu menghidangkan kepada kawan-kawan sukarelawan setelah dia masak,” kata Imam Muslim Hariri, Kepala Markas PMI Jember.
Sejak tinggal di Jember, Jawa Timur 15 – 21 Juni 2025 lalu, Yuki Yajima, tak melewatkan waktunya berada di tengah – tengah anggota Korps Sukarelawan (KSR) PMI Kabupaten Jember dan relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI desa Puger Wetan dan Puger Kulon, kecamatan Puger dan Desa Kepanjen, kecamatan Gumukmas.
Dia tak terlihat lelah mondar mandir dari hotel Fortune Grande di Jl Karimata Jember ke kecataman Puger dan Gumukmas yang berjarak 40 – 50 km. Tiga desa di pesisir Selatan Jember, Jawa Timur itu menjadi pilihan project area program Kesiap Siagaan dan Pengurangan Risiko Bencana Gempa dan Tsunami kerja sama bilateral Palang Merah Indonesia dengan _Japanese Red Cross Society_ (JRCS). Dan, Yuki hadir untuk berkontribusi dalam setiap proses kegiatan tersebut.
Bahasa Jepang yang sehari hari digunakan Yuki di kampungnya halamannya, bukan penghambat untuk dekat dan komunikasi dengan warga desa yang sehari hari menggunakan bahasa Madura dan Jawa. Yuki mahir Bahasa Inggris dan warga fasih berbahasa Indonesia. Dia sesekali dibantu dua staf JRCS untuk Indonesia, Teuku Awaluddin dan Yana Maulana. Serta, KSR PMI yang semuanya mahasiswa, mereka aktif dan pasif berbahasa Inggris.