SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Warga Surabaya terus didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti bersama Surabaya Bergerak. Namun, sebelum kerja bakti, warga diminta untuk daftar terlebih dahulu melalui Dinas Lingkungan Hidup.
“Dari dulu, kita menjaga lingkungan dengan cara kerja bakti. Sejatinya, kita bergotong royong (kerja bakti) dan yang mengangkut (sampahnya) adalah Pemkot Surabaya, itu lah Surabaya Bergerak,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Rabu (30/7/2025).
Agar program ini berjalan maksimal, warga diminta untuk mendaftar terlebih dahulu melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya. RW atau kampung yang sudah mendaftar dalam program ini, akan digilir setiap minggunya. Tujuannya, agar sampah hasil dari kerja bakti bisa diangkut secara maksimal sehingga tidak sampai menumpuk.
“Kalau (kampungnya) ingin ada Surabaya Bergerak, maka dia harus masukkan pendaftaran, yang tidak masuk di dalam daftar, dia akan dilempar di jadwal minggu berikutnya,” katanya.
Eri memberi contoh, ada kampung yang daftar di 20 Juli, ternyata kampung ini terlempar ke 27 Juli karena sudah terbatas seminggu maksimal 200 kampung. Jika tetap melakukan kerja bakti di 20 Juli maka sampahnya tidak akan diangkut hari itu juga.
“Bisa jadi sampahnya diangkut hari Selasa atau Rabu, karena yang diselesaikan yang terdaftar di 20 Juli itu,” ujarnya.
Karena itu, dalam waktu dekat, ia meminta DLH, Camat, dan Lurah untuk melakukan sosialisasi terkait penjadwalan kerja bakti Surabaya Bergerak kepada seluruh RT/RW di Surabaya. Dengan begitu, maka jadwal kerja bakti Surabaya Bergerak lebih teratur dan sampah yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas pengangkutan.
Selain itu, Eri juga berpesan kepada seluruh warga yang mengikuti kerja bakti Surabaya Bergerak untuk tidak membuang barang bekas sembarangan. Karena, sesuai Perda Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan, barang bekas bukan kategori sampah rumah tangga.
“Kalau ternyata sampah yang dihasilkan dalam Surabaya Bergerak itu ada kasur, lemari, meja, atau (perkakas) gudang-gudang yang seharusnya menjadi beban mereka untuk membuang, dan dibuang saat Surabaya Bergerak, maka tidak saya angkut. Sehingga hal ini menjadi edukasi bersama bagi kita, ayo dijaga bersama,” tuturnya.