Oleh Muchamad Taufiq
Pesan penting Menteri Nadiem Makarim untuk mengajak guru menyatukan langkah menuju satu tujuan yakni pendidikan Indonesia yang maju, berkualitas, dan memerdekakan. Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) merupakan momen penting untuk dijadikan starting point mengkonstruksi profile guru memasuki suasana baru dan memerdekakan.
Teorinya, sebelum upaya memerdekakann murid maka profile
guru yang memerdekakan dirinya dulu dari pola pikir dan perilakunya dalam menjawab konsep merdeka belajar.
Perjuangan para pahlawan melahirkan cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaimana termaktub dalam staatsfundamentalnorm bangsa Indonesia.
Semangat mencerdaskan kehidupan bangsa ini tidak akan berhenti sepanjang bangsa Indonesia tetap berdiri. Disisi lain kewajiban pemerintah atas penyelenggaraan pendidikan tertuang dalam Pasal 31 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 (UUD), “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
Kewajiban pemerintah adalah mengikhtiarkan penyelenggaraan pendidikan dalam keadaan yang bagaimanapun. Negara tidak boleh abai terhadap pemenuhan kebutuhan Pendidikan dalam kondisi apapun.
Semangat HGN harus merasuk disemua lini kehidupan dalam berbangsa dan bernegara tak terkecuali dunia pendidikan yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan generasi muda bangsa. Saat ini pendidikan Indonesia dihadapkan pada dua pilihan tegas, apakah menyerah dengan tekanan ekses pandemic covid-19 atau melakukan adaptasi dengan kebiasaan baru. Kondisi inilah yang harus dihadapi dan diambil keputusan agar dunia pendidikan tak mati suri.
Guru sebagai pilar utama Pendidikan harus memiliki mental self adaptif yang lebih siap dalam menghadapi perubahan yang sifatnya darurat seperti saat ini. Guru juga tidak mudah untuk mengikuti irama pemerintah dalam mengendalikan kebijakannya ditengah kondisi yang tidak menentu ini.
Guru harus mampu bertahan dibawah berbagai tekanan. Dilema target capaian pembelajaran dengan kondisi tidak stabil merupakan ujian tersendiri bagi siswa dan guru. Himpitan ekonomi masyarakat juga berkorelasi langsung dengan pemenuhan kewajiban mereka kepada sekolah. Berbagai kondisi keterbatasan ini mungkin sangat
dirasakan disemua Lembaga Pendidikan saat ini.
Keadaan inilah perlu bersama menghadirkan ruh merdeka belajar dalam diri pemangku kepentingan untuk senantiasa struggle for education.
Makna “merdeka belajar” idealnya tidak memasung pendidik dan lembaga pendidikan untuk memiliki kemerdekaan dalam mengimplementasikannya sesuai dengan situasi dan kondisi lembaga Pendidikan berada. Tanpa bermaksud berpikir skeptis terhadap program “merdeka belajar” yang sifatnya darurat ini, maka cara. Jangan sampai program “merdeka belajar” ini hanya akan merupakan pelarian guru dan murid dari kejenuhan di kelas.
Peringatan HGN 2022 seharusnya menjadi pintu pembuka bagi guru untuk mendekatkan dunia teori “das sollen” dan kebutuhan lapangan “das sein” bagi muridnya. Semangat "merdeka belajar” bagi yang memahami filsafat pendidikan akan meramu nilai-nilai merdeka belajar sebelum diterapkan penuh karena semangat link and match dari ruh merdeka belajar” harus dipandang secara komprehensif.