“Tidak mengurangi arti dari pakaian yang sudah ada. Termasuk warna dan ikat tidak berubah. Tapi ada desain ulang yang lebih cantik,” imbuhnya.
Lanjut Wignyo, Wastra yang digunakan sendiri tidak hanya akan terpaku pada kain yang digunakan saat ini, tapi juga wastra tenun ikat, yang merupakan wastra khas Kota Kediri.
Dalam proses penyempurnaan pakaian khas tersebut, turut melibatkan desainer nasional tanah air.
“Membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan,” terangnya.
Terakhir Wignyo, mengatakan dengan penyempurnaan tersebut, pakaian khas Kabupaten Kediri bisa lebih mudah dipakai dalam berbagai kesempatan.
“Pakaian khas yang ada sekarang sudah memasyarakat. Dengan penyempurnaan itu nanti diharapkan bisa makin fleksibel. Karena itulah kita sempurnakan,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, di Kabupaten Kediri memiliki pakaian khas Wdihan Kadiri Mapanji (harian pria) dan Ken Kadiri (wanita). Sementara pakaian khas Wdihan Kadiri Satria (pakaian resmi bagi Pria.red) dan Ken Kadiri (pakaian resmi bagi wanita.red) dipakai dalam kesempatan formal.
Pakaian khas Kabupaten Kediri sendiri wajib dipakai para aparatur sipil negara setiap hari kamis minggu pertama setiap bulannya. (*)