Oleh Dr. Muchamad Taufiq, S.H.,M.H.,CLMA
Bangsa yang besar haruslah mampu mengambil hikmah disetiap titik sejarahnya. Suatu bangsa akan kehilangan jatidirinya jika melupakan sejarah bangsanya. Masa sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai telah mengantarkan empat tokoh kemerdekaan untuk memberikan gagasannya dalam berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan.
Sidang BPUPKI pada 28 Mei-1 Juni 1945 menjadi saksi sejarah dari 68 orang anggota BPUPKI terdapat empat orang anggota yang mendapat kesempatan berpidato kurang lebih selama satu jam yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin dan Prof. Mr. Dr. Soepomo.
Sejarah mencatat pula bahwa Bung Karno adalah tokoh yang pertama memperkenalkan nama Pancasila dalam pidatonya yang sangat terkenal itu. Akhirnya Hari Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni melalui Keputusan Presiden (Kepres) No 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) telah merilis tema dan logo dalam memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada Kamis, 1 Juni 2023. Tema Hari Lahir Pancasila 2023 adalah “Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global”. Pesan yang ingin disampaikan oleh BPIP adalah Hari Lahir Pancasila hendaknya menjadi momentum untuk bergotong-royong membangun peradaban dan pertumbuhan global.
Pancasila menjadi energi bagi Bangsa Indonesia sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi untuk kemakmuran rakyat Indonesia dan Dunia.
Apakah peringatan itu substansi mengenang dan merawat Pancasila? Stigma demikian yang harus selalu digali agar peringatan Hari Lahir Pancasila dapat mencapai arah tujuannya. Jika pemahaman terhadap sejarah menjadi dangkal karena casingnya saja yang ditangkap oleh masyarakat dan generasi muda khususnya, entah seperti apa dimasa mendatang pemahaman generasi muda kita terhadap sejarah bangsanya. Pada hal Sejarah bukanlah beban ingatan melainkan penerangan jiwa (John Dalberg-Acton).
Pancasila sudah final menjadi idelogi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ideologi ini harus mampu menjadi ‘roh” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila harus mampu menjadi panduan ”cara berpikir dan bertindak” segenap elemen bangsa. Sehingga menjaga Pancasila dengan itikad yang baik sangatlah penting. Perlu disadari bahwa siklus ideology berada pada 3 segmen yaitu : 1)kemunculan (emergence), 2)Kemunduran (decline), dan 3)Kebangkitan kembali suatu ideologi (resurgence of ideologies).
Nilai-nilai luhur Pancasila merupakan magnet luar biasa sehingga mampu mengantar pada Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.