Dr. Muchamad Taufiq, S.H.,M.H.,CLMA. (Akademisi ITB Widya Gama Lumajang)
Perlukah kita bangkit sekarang? merupakan pertanyaan yang menggelitik meski ditahun-tahun sebelumnya selalu rutin memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Harkitnas yang jatuh pada tanggal 20 Mei ditiap tahunnya, sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo (BO).
Kebangkitan Nasional yang merupakan kebangkitan bangsa Indonesia yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional ditandai dengan berdirinya BO tanggal 20 Mei 1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Ini tentang momentum. Dua momentum ini yang melahirkan Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.Terdapat durasi 20 tahun dan 17 tahun, sebuah momentum yang bermakna percepatan.
Kebangkitan Nasional tidak dapat dilepaskan dari bangkitnya kaum terpelajar. Kaum terpelajar (ilmuwan) saat itu memiliki kesadaran tentang keindonesiaan. Membangkitkan jiwanya dari keterpurukan penjajahan saat itu. Penjajahan yang menerapkan devide et impera kala itu benar-benar mampu memporak-porandakan nusantara.
Dimana ada keterbelahan masyarakat disitulah kelemahan mulai mengakar. Sementara bagi penjajah atau yang ingin menjajah bahwa menerapkan politik belah-bambu adalah penting untuk diciptakan agar memudahkan penguasaan suatu masyarakat bahkan suatu bangsa.
Pengalaman 350 tahun masa penjajahan melahirkan sikap-sikap negatif yang wajib dihindari yaitu: malas (Alatas, Buku Mitos Pribumi Malas, 1988), suka nerobos (Koentjaraningrat, Buku Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, 1993), dan hipokrit (Mochtar Lubis, Buku “Manusia Indonesia; Sebuah Pertanggungjawaban, 2001).
Memaknai kebangkitan nasional tidak dapat dilepaskan dari komunitas “pemuda” dan “kaum terpelajar (ilmuwan). Perjalanan perjuangan sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa disetiap segmen momentum bangsa selalu hadir “pemuda” dan “ilmuwan” digarda terdepan untuk menyuarakan perubahan dan kebangkitan. Mengapa harus pemuda? karena pemuda adalah cikal bakal pemimpin masa depan.
Penuh semangat menggelora dan keberanian yang luar biasa. Pikirannya masih suci untuk berbicara nasionalisme, moral force-nya hanya untuk kejayaan bangsa dan negara. Tidak terkotak-kotak namun menyatu dalam lautan semangat berbangsa dan bernegara.
Sementara para ilmuwan bak mercusuar yang menunjukkann jalan dan menerangi jalan dengan ilmunya, bukan menyesatkan karena ilmunya pula.
Sejarah masa lampau mencatat pula bahwa pemuda “Ken Arok” bangkit melawan hegemoni Tunggul Ametung sang Akuwu penguasa Tumapel. Pemuda “Raden Wijaya” berjuang sistematis melawan Jayakatwang dan mengusir tantara Tar-tar. Pemuda “Mas karebet” berjuang mendirikan Kasultanan Pajang.
Demikian pula pemuda Dokter Sutomo, M. Tabrani, Sugondo Djoyopuspito dan M. Yamin merajut kebangkitan dan nasionalisme bangsa Indonesia. Mereka semua adalah pemuda dan kaum terpelajar.
Kemenangan Kesebelasan U-20 atas Thailand di Sea Games 2023 membuktikan perjuangan selama 32 tahun menegakkan supremasi sepak bola Indonesia. Ini momentum yang harus diciptakan oleh para pemuda sekarang.