Jumat, 29 Maret 2024
32 C
Surabaya
More
    HeadlinePembangunan Masjid Al Manar, Tetenger Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Surabaya Barat

    Pembangunan Masjid Al Manar, Tetenger Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Surabaya Barat

    SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Tandes tengah menyelesaikan pembangunan Masjid Al-Manar di Kelurahan Bibis Manukan Wetan, Tandes. Masjid ini akan menjadi ‘’tetenger’’ atau tanda sejarah perkembangan Muhammadiyah di wilayah Surabaya Barat. ‘’Masjid Al-Manar mempunyai kaitan sejarah yang kuat dengan perkembangan Muhammadiyah di wilayah Surabaya Barat,’’ kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Manar, Drs. Sawa’i, Selasa (16/8).

    Menurut Sawa’i masjid Al-Manar mempunyai nilai sejarah karena berada pada lokasi kediaman almarhum K.H Djuraid Mahfud di Kelurahan Bibis Tama, Manukan Wetan, Tandes. Sejak era 1970-an Kiai Djuraid mengembangkan Muhammadiyah di wilayah Tandes dengan berdakwah langsung dan mendirikan sekolah. ‘’Masjid Al-Manar bisa disebut sebagai cikal bakal perkembangan Muhammadiyah di Surabaya Barat,’’ kata Sawa’i yang juga menjadi ketua PRM (Pengurus Ranting Muhammadiyah) Manukan Wetan.

    Sekolah dasar Islam yang didirikan Kiai Djuraid adalah Madrasah ‘’Matlabul Huda’’ di Manukan Kulon. Sekarang Matlabul Huda sudah berubah menjadi SD dan SMP Muhammadiyah XIV dengan bangunan dua lantai. Di kompleks sekolah tersebut juga berdiri Masjid Al-Ittihad yang dibangun atas inisiatif Kiai Djuraid dan warga Muhammadiyah Manukan Kulon pada 1970-an.

    Baca juga :  Pemprov Jatim Pastikan Kebutuhan Dasar Pengungsi Bawean Tercukupi

    Kiai Djuraid melakukan kegiatan dakwah ke seluruh wilayah Surabaya. Awalnya Kiai Djuraid banyak melakukan dakwah di Manukan Kulon dan wilayah Surabaya Barat sampai ke daerah Benowo dan bahkan ‘’menyeberang’’ sampai ke kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Kiai Djuraid juga mengembangkan dakwah ke daerah penghasil ikan tambak, Buntaran, yang sekarang mempunyai perguruan Muhammadiyah dan masjid yang besar.

    Dakwah Kiai Djuraid mengembang sampai ke wilayah utara seperti Greges, Tambak Osowilangun, sampai ke Asemrowo. Dakwah Kiai Djuraid ke arah timur berkembang ke Simomulyo, Banyuurip, Kupang Krajan. Selain itu Kiai Djuraid juga mengembangkan dakwah Muhammdiyah di Keputih kecamatan Sukolilo, yang sekarang menjadi salah satu basis Muhammadiyah yang cukup kuat.

    Baca juga :  Hasil Drawing Liga 3 Nasional, Persekabpas Tuan Rumah – Pasuruan United Berjuang di Garut

    Ketua Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Tandes, Mashudi, mengatakan saat ini pihaknya tengah menyusun buku mengenai sejarah perkembangan dakwah Muhammadiyah di Tandes. Dalam buku itu akan diceritakan juga profil Kiai Djuraid dan kisah perjuangan dakwah Muhammadiyah di Tandes dan sekitarnya.

    Pembangunan Masjid Al-Manar akan menjadi bagian dari ‘’napak tilas’’ sejarah perkembangan Muhammadiyah di Tandes. ‘’Masjid Al-Manar nantinya sekaligus menjadi tetenger sejarah, karena masjid itu berada di kompleks rumah keluarga Kiai Djuraid,’’ kata Mashudi.

    Masjid Al-Manar berdiri di atas tanah 200 meter hasil dari wakaf keluarga Kiai Djuraid. Rencananya masjid tersebut dibangun 2 lantai dan sekaligus akan menjadi gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Manukan Wetan. Sekarang pembangunannya sudah mencapai sekitar 50 persen. ‘’Biaya yang kami butuhkan sekitar Rp 1,2 miliar. Kami mengetuk hati para dermawan untuk memberikan infaq, karena masjid ini mempunyai nilai sejarah penting bagi perkembangan Muhammadiyah di Surabaya,’’ kata Mashudi.

    Baca juga :  Hasil Drawing Liga 3 Nasional, Persekabpas Tuan Rumah – Pasuruan United Berjuang di Garut

    Selain melakukan dakwah berkeliling Kiai Djuraid juga memberi pengajian di rumahnya. Setiap pagi banyak ‘’santri’’ yang mengaji dari berbagai kalangan, mulai dari karyawan, pekerja kantor, dan mahasiswa.

    Saat ini banyak santri yang sudah menjadi tokoh masyarakat, antara lain Dr. Sukadiono Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, anggota DPR RI dari PAN, Prof. Zainuri, guru besar UIN Surabaya, Prof. Ali Mufrodi, guru besar ekonomi syariah Unair, Prof. Syafiq Mughni guru besar UIN Surabaya, dan beberepa tokoh lain. (*)

    Reporter : Amin Istighfarin

    Editor : Amin Istighfarin

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan