“Seperti apa level dari penyakit kalau dia tingkat Desa maka isolasi tingkat Desa, kalau dia tingkat Kecamatan ya tingkat Kecamatan, ini isolasi dan lockdownya berbasis kandang,” ujarnya.
Kepanikan ini, kata Emil, muncul karena sejak tahun 1990 Indonesia telah dinyatakan bebas PMK oleh World Organisation of Animal Health.
Emil menyebut, penting halnya meluruskan miskonsepsi ditengah kepanikan massal soal pangan.
Sebab, pertanian dan peternakan adalah bisnis fundamental yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Karena memiliki hubungan langsung dengan kebutuhan pangan.
“Apabila bisnis fundamental seperti pertanian tidak berjalan maka semuanya tidak bisa berjalan. Masalah kita hari ini ada pada perihal pangan. Ini harus menjadi momentum untuk menyadari bahwa pertanian dan peternakan adalah critical sector yg harus diapresiasi dan ditekuni,” tuturnya.
Emil lantas mengajak segenap alumni IPB untuk senantiasa solid dalam berkiprah di bidang yang mereka tekuni. Serta terus berbagi pengetahuan dengan masyarakat.
“Alumni IPB harus tetap solid dalam bidangnya, dan menjadikan pengetahuannya bermanfaat bagi masyarakat. Karena pengetahuan soal pertanian dan peternakan sangatlah vital,” tutupnya.
Sebagai informasi, Outbreak PMK ditemukan pertamakali ketika Kabupaten Gresik melaporkan 402 ekor sapi sakit yang tersebar di 5 kecamatan dan 22 desa pada Kamis, 28 April 2022. Lalu diikuti Lamongan 103 kasus, dan beberapa kabupaten di Jatim (jon)