Revolusi Digital Ketenagakerjaan Surabaya Ubah Wajah Bursa Kerja Nasional

Revolusi Digital Ketenagakerjaan Surabaya Ubah Wajah Bursa Kerja Nasional
Melalui gelaran Inovasi Suroboyo (Inovboyo) 2025, Surabaya menegaskan komitmennya sebagai kota pionir transformasi digital di Indonesia.

SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Melalui gelaran Inovasi Suroboyo (Inovboyo) 2025, Surabaya menegaskan komitmennya sebagai kota pionir transformasi digital di Indonesia. Dalam kategori ketenagakerjaan, ada 15 inovasi teknologi revolusioner yang mengubah sistem manual ke digital.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bapendalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat mengatakan, dari 15 inovasi, 5 di antaranya menjadi sorotan utama, mengubah lanskap ketenagakerjaan lokal dan menjadi model inspiratif bagi kota-kota lain.

Perjalanan ini, sebutnya, dimulai dari keprihatinan mendalam terhadap berbagai masalah struktural seperti tingginya angka pengangguran, sulitnya akses informasi lowongan kerja, inefisiensi penempatan tenaga kerja, dan lemahnya koordinasi antara pemerintah dengan pelaku usaha.

“Transformasi ini adalah bukti komitmen Pemerintah Kota Surabaya untuk menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih efisien, transparan, dan berkeadilan. Kami ingin memastikan setiap warga Surabaya memiliki akses yang sama terhadap peluang kerja dan perlindungan yang layak,” ujar Irvan, Rabu (30/7/2025).

Menurut Irvan, inovasi ketenagakerjaan Surabaya tidak hanya berdampak lokal, tetapi mulai menginspirasi kota-kota lain di Indonesia.

“Bahkan, beberapa pemerintah daerah telah mengirimkan delegasi untuk mempelajari model Surabaya, dan ada rencana replikasi sistem serupa di berbagai wilayah,” imbuhnya.

Ada pun kelima Inovasi Unggulan Ketenagakerjaan Inovboyo 2025 yang disebutkan Irvan, adalah ASSiK (Arek Suroboyo Siap Kerjo) yang merupakan inovasi utama dari Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.

Inovasi ASSIK, jelasnya, dirancang khusus untuk membantu keluarga miskin, mengatasi tingginya pengangguran dan inefisiensi (kebalikan dari efisiensi) sistem penempatan kerja konvensional.

Editor: Wetly