Rasulullah SAW diceritakan membaca do’a qunut nazilah saat mendengar kematian rombongan Al-Qurra. Rombongan tersebut awalnya adalah bantuan yang dikirim Rasulullah SAW pada kaum Ri’il, Dzakwan, Ushoyyah, dan Bani Lahyan.
Namun kaum tersebut berkhianat dan membunuh rombongan Al-Qurra, hingga Rasulullah SAW membaca do’a qunut nazilah.
Sebagaimana Hadits Dari Anas bin Malik, bahwa (suku) Ri’il, Dzakwan, Ushoyyah, dan Bani Lahyan meminta bantuan orang kepada Rasusullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadapi musuh, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan bantuan 70 orang Anshor. Kami menyebut mereka sebagai Qurra’ (Para hafizh) di zaman mereka.
Kebiasaan Qurra’ ini adalah mencari kayu bakar di siang hari dan melaksanakan shalat lail di malam hari. Ketika 70 orang Anshor ini berada di Bi’ir Ma’unah, mereka dibunuh dan dikhianati oleh suku Ri’il, Dzakwan, Ushoyyah, dan Bani Lahyan. Berita ini sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Beliau melakukan Qunut Nazilah selama sebulan pada shalat Shubuh mendoakan kecelakaan terhadap suku-suku Arab itu, yaitu Ri’il, Dzakwan, Ushoyyah, dan Bani Lahyan.
Anas berkata, “Kami pernah membaca ayat Qur’an diturunkan tentang orang-orang yang dibunuh tersebut, kemudian ayat tersebut dihapus. (Yaitu ayat): “Sampaikanlah kepada kaum kami, bahwa kami telah bertemu dengan Rabb kami, maka Dia ridha kepada kami dan kami ridha kepada-Nya.” (HR Al-Bukhari).
Sudah 1441 tahun dalam penanggalan Hijriyah, Rasulullah SAW memberikan contoh untuk membaca do’a qunut nazilah. Dan kini ketika suasana kebatinan sudah merusak keyakinan, bahkan mengikis benih-benih keimanan, keislaman, dan Ikhsan dengan “budaya baru”, “tradisi baru”, “kehidupan baru” karena begitu ketakutan terhadap Corona, maka do’a qunut nazilah dan do’a dari ulama sangat manjur untuk mencari jalan keluar terbaik, menemukan kehidupan normal dengan bersandar pada sunatullah (sesuatu yang memang harus dijalani sesuai dengan kehendakNya), bukan membuat kehidupan model baru, guna mengikuti nafsu “peperangan dingin” berbagai kepentingan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya dan Malang Raya, sudah pernah mendatangi dan mengajak ulama, masyayik, kiai dan ustad. Bahkan secara khusus meminta ijazah atau do’a dari para kiai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur untuk keselamatan warga dari wabah virus Corona. untuk memohon do’a. Dan kini ketika bersama Corona yang sudah mulai lemah dan mulai menyerah karena umat sudah siap menerima kehidupan apa adanya.
Maka do’a ulama dan do’a umat dengan bersama-sama membaca do’a qunut nazilah, insyaAllah akan mendapat petunjuk, rahmat, ridlo dan hidayahNya mencapai kehidupan baru jauh lebih baik. Bukan sekedar membebek apalagi meniru yang keliru. Yaitu kehidupan lebih baik dengan sungguh-sungguh ikhtiyar dan mengedepankan budi pekerti luhur.
Tentu menunggu semua itu dengan banyak membaca do’a, juga menperbanyak dzikir serta selalu memohon petunjuk tentang kebaikan dijauhkan dari kesewenangan “penguasa dan pengusaha dzalim”, insyaAllah setelah ikhtiyar sebagai upaya lahiriyah manusia dengan berbagai usaha baik, maka mengetuk pintu langit pagi, siang dan malam, ialah upaya terbaik, guna menemukan kebaikan sesunggunya. Kehidupan Kenormalan baru karena akhlaq yang mulia. (JT)