Limpahkanlah hidayah dan taufikMu kepada kami yang melaksanakan salat Id di masjid yang mubarak ini bilamana mungkin keliru dalam menanggapi Covid-19 yang melanda Negara kami, dan berikan pula hidayah dan taufikmu kepada umaro dan ulama yang menetapkan dan membatasi aktivitas ibadah di masjid-masjid.
Ya Allah, perlihatkan kepada kami dan pempin kami bahwa yang benar adalah benar agar kami dan para pemimpin kami dapat menyapa dan merenggut kebenaran itu. Dan perlihatkan juga bahwa salah adalah salah agar kami menjauh dari kesalahan dan kebatilan itu.
Semoga Allah SWT mengangkat Covid-19 dari bumi Indonesia khususnya, dan umumnya suluruh dunia. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Ini adalah sebagian dari isi khutbah salat Idul Fitri di Masjid Jami Kelurahan Baru, Palu Barat, yang disampaikan Dr. Husen HM Saleh, MSi, pada Minggu (24/5/2020). Khotbah itu sendiri diberi tema, Virus Corona sebagai Media Intropeksi Diri dalam Pelaksanaan Ibadah.
Pengamatan WartaTransparansi.com, sebelum dan sejak awal Ramadan, Masjid Jami (salah satu masjid tertua di Palu Barat), selalu melaksanakan salat wajib berjamaah (termasuk Jumat) dan salat sunat tarawih berjamaah. Meski sebelumnya sempat mendapat ‘perhatian khusus’ dari Gubernur Sulteng Longki Djanggola, terkait Pandemi Covid-19, sebagian besar pengurus Masjid Jami dengan imam besarnya Habib Mukhsen bin Ali Alhabsy, bergeming. Kegiataan ibadah tetap berlangsung seperti biasa.
Bedanya, pelaksanaan salat yang sejatinya meluruskan dan merapatkan shaf, sejak terjadinya corona, shaf telah direnggangkan (physical distancing), jaga jarak antarjamaah, tak lagi rapat. Semua jamaah memakai masker. Menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
Tak hanya itu, gerbang utama memasuki halaman masjid, berikut samping kanan dan kiri, kecuali pintu masuk dari belakang, semua ditutup. Uniknya, sebagian besar jendela masjid ditutupi tirai. Apa pasal? Ternyata semua itu bagian dari antisipasi melubernya jamaah. Maklum, posisi Masjid Jami yang strategis berada di pinggir jalan raya,
Pun dalam salat Id pada Minggu, hanya pintu belakang saja yang dibuka sebagai jalan masuk. Bedanya, jendela yang biasanya tertutup dengan tirai telah dilepas, juga sebagian pintu samping kanan dan kiri yang semula ditutup, telah dibuka, sehingga para jamaah bisa merasakan hembusan sepoi angin pagi yang segar menyehatkan.
Sekitar pukul 05.30 WITA, ratusan jamaah mulai dari usia tua hingga anak-anak mulai berdatangan dan memenuhi masjid yang berlantai dua tersebut. Usai salat Id dan khotbah, jamaah pulang dengan wajah bahagia dan tertib.
Sayang, kebiasaan bersalaman sebagai ikatan silaturahmi penuh kekeluargaan, salaman saling bermaafan di hari kemenangan, hari yang fitri, seakan lenyap ditelan bayang-bayang Covid-19. Hanya doa yang bisa dipanjatkan, semoga Allah SWT segera melenyapkan virus menakutkan ini dari bumi pertiwi. (wetly)