Bagi umat Islam, terang Shaleh Abbas, sosok pribadi Rasulullah merupakan role model atau uswatun hasanah. Dalam sebuah hadist panjang yang disampaikan Syekh Shaleh Abbas, ada sejumlah orang berkunjung ke rumah Rasulullah untuk atau ingin menyaksikan bagaimana perilaku Rasulullah dalam beribadah kesehariannya di rumah.
“Lalu mereka bertutur kata satu sama lain, ada yang berkata kalau setiap hari setiap malam dirinya tidak akan tidur, selalu shalat malam, yang lain mengatakan setiap hari dirinya akn berpuasa dan tidak berbuka, yang lainnya berkata kalau dirinya tidak pernah mendekati istrinya. Apa yang mereka sampaikan tersebut didengar Rasulullah, ketika Rasulullah keluar menghampiri mereka dan memberikan nasehat, seraya mengatakan, aku bersumpah bahwa aku adalah orang yang bertaqwa, paling takut dan dekat kepada Allah, tapi aku shalat makan dan aku tidur, aku juga berbuka dan berpuasa, aku juga beribadah dan aku juga mendekati isteri aku. Ini adalah contoh moderasi, maka mereka yang mengatakan tidak pernah berbuka selalu berpuasa, tidak tidur selalu shalat malam, tidak pernah mendekati isterinya, itulah yang disebut ekstrem dalam memahami ajaran Islam,” terang Ayekh Abbas.
Ia menambahkan, hubungan Indonesia dan Al Azhar sudah terjalin Panjang, itu terbukti kalau kita berkunjung ke Al Azhar kita akan mendapati ruangan yang disebut ruang Jawa, itu diberikan karena yang tinggal di ruangan tersebut adalah mereka atau mahasiswa yang berasal dari Jawa, pulau di Indonesia yang jumlah penduduknya besar.
Peresmian Pusiba ditandai dengan penandantanganan prasasti oleh Syekh Abbas bersama Menag Lukman Hakim Saifuddin, dilanjutkan dengan pengguntingan pita oleh Syekh Abbas.
Tampak hadir, Wakil Ketua DPD RI Ahmad Muqowam, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyah Dailami Firdaus, sejumlah alumni Al -Azhar, di antaranya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, TGB. M. Zainul Majdi, dan Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi, serta civitas akademika Universitas Islam As-Syafi’iyah. (wt)