Kediri  

Masjid Bersih, Persaudaraan Tak Berdebu

Masjid Bersih, Persaudaraan Tak Berdebu
Salah satu relawan Gerakan Resik Resik Masjid (GRRM) membersihkan atap kaca Masjid Auliya’ di kawasan Setono Gedong, Kota Kediri, Minggu 1 Juni 2025. (Foto: Moch Abi Madyan)

KEDIRI (WartaTransparansi.com) – Pagi itu, saat matahari mulai naik, sejumlah relawan tampak menaiki tangga besi di Masjid Auliya’, yang berdiri di kawasan bersejarah Setono Gedong, Kecamatan Kota Kediri. Dengan lap di tangan dan alat lengkap serta semangat yang menyala, mereka menyeka debu dari lampu gantung dan atap kaca.

Bukan sekadar bersih-bersih biasa. Aksi ini adalah bagian dari Gerakan Resik-Resik Masjid (GRRM), sebuah inisiatif sosial yang tengah menggeliat di berbagai daerah di Jawa Timur.

“Ini murni sosial. Siapa pun boleh bergabung, asal niatnya tulus,” ujar Ketua GRRM Kediri, Budiono Hastianto, Minggu 1 Juni 2025.

Masjid Auliya’ tak dipilih sembarangan. Menurut pria yang akrab disapa Antok, selain terletak di kawasan bersejarah, rumah ibadah ini merupakan salah satu lokasi yang sejak awal telah masuk daftar GRRM.

Sejak diluncurkan pada 16 Februari 2025, gerakan ini sudah membersihkan sejumlah masjid. Di Masjid Auliya’ Setono Gedong, sebanyak 145 relawan ikut ambil bagian. Mereka datang dari Gresik, Jombang, Malang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, dan tentu saja Kediri.

Antok bukanlah tokoh ormas, apalagi pejabat. Ia dan sebagian penggagas GRRM adalah mantan aktivis pecinta alam semasa kuliah. Jika dulu mereka menaklukkan puncak-puncak gunung, kini mereka memilih menaklukkan debu dan kerak di rumah-rumah ibadah.

“Kami ingin mengisi sisa hidup dengan kegiatan yang lebih bermanfaat,” ucapnya.

GRRM Kediri bergerak setiap dua pekan sekali. Minggu lalu mereka membersihkan Masjid Al-Habibi di Katang Tepus, pekan depan giliran Masjid Ash Shofaa di Kecamatan Semen. Sebelum hari H, tim GRRM melakukan survei untuk memetakan area kerja, mengecek jumlah kipas angin, tinggi kubah, luas masjid, hingga akses menuju plafon. Hal ini dilakukan agar lebih memudahkan ketika saat pelaksanaan kegiatan.

“Ada masjid yang perlu alat safety khusus. Semua kami siapkan sebelum kegiatan,” jelas Antok.

Yang menarik, para relawan GRRM kompak menolak bayaran. Beberapa pengurus masjid sempat menawarkan imbalan, termasuk di Masjid Setono Gedong, tapi ditolak halus. Bagi mereka, ini adalah gerakan sosial, bukan jasa layanan.

“Kami tegaskan sejak awal, ini gerakan gratis. Tidak ada pungutan, tidak ada komersialisasi,” katanya.

Relawan GRRM berfoto bersama di serambi Masjid Auliya’ Setono Gedong, Kediri.
Ratusan relawan Gerakan Resik Resik Masjid (GRRM) dari berbagai daerah di Jawa Timur berfoto bersama usai membersihkan Masjid Auliya’ di Setono Gedong, Kota Kediri. (Foto: Moch Abi Madyan)

Jadwal GRRM di Kediri pun sudah padat. Untuk bulan Agustus, seluruh slot sudah terisi. Masjid yang ingin dibersihkan mesti mengantre hingga September 2025.

Penulis: Moch Abi Madyan