Di Sini Tempat Pemakaman Jemaah Haji di Tanah Suci

Di Sini Tempat Pemakaman Jemaah Haji di Tanah Suci
Pemakaman Ma'la

Makam Ma’la dalam sejarah termasuk makam tua yang sudah dipergunakan sejak zaman Jahiliyah. Ma’la yang letaknya berhadapan dengan Jabal Assayyidah (Bukit Siti Khadijah) di daerah al-Hujun itu telah berusia sekitar 1.700 tahun. Orang pertama yang dikubur di Ma’la adalah Qushay bin Kilab (kakek bangsa Quraisy).

Kemudian kakek-kakek Rasulullah, di antaranya; Abdu Manaf bin Qushay, Hasyim bin Abdu Manaf, Abdul Muthalib bin Hasyim. Di sini juga ada makam Khadijah (istri Rasulullah), Abu Thalib paman Nabi saw, Al-Walid ibnu Al-Mughirah, Al-Qasim dan At-Thayib (dua putera Nabi Muhammad),  Asma binti Abubakkar Siddiq,  Abdurahman bin Abubakar Siddiq, Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair, dan lain sebagainya.

Ma’la semula hanyalah makam keluarga Bani Hasyim yang kemudian dijadikan pemakaman umum, terletak sekitar 1 km utara masjidil Haram.  Pemakaman ini dikenal juga dengan nama Jannatul Ma’la yang artinya surga al-Ma’lah. Ma’la sendiri bermakna tempat yang tinggi atau yang luhur. Siapa gerangan yang tidak tergiur utuk dimakamkan di pemakaman ini?

Dulu makam Sayyidatina Khadijah ditandai dengan kubah besar sehingga nampak jelas bagi yang ingin berziarah. Tapi, sejak menguatnya pemerintahan Raja Abdul Aziz dengan didukung kalangan  penganut faham Wahabi, kubah itu dirobohkan pada hari Rabu 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925. Hingga kini tak ada tanda sedikit pun yang bisa menunjukkan di mana makam itu.

Khadijah binti khuwailid RA merupakan wanita pertama yang menyambut seruan iman tanpa membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulallah saw di saat semua orang mendustakan, menghina dan melecehkannya. Ia telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwanya, dan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Melalui salam khusus Jibril, Allah menyediakan rumah di surga bagi Khadijah.

Keistimewaan Ma’la dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah SAW bersabda: “Allah membangkitkan dari tempat ini (pemakaman Ma’la) dan dari seluruh tanah Haram 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab. Setiap orang dari mereka dapat membawa 70.000 orang. Wajah mereka cerah dan bersinar bagaikan bulan purnama.”

Hanya, sekarang tak mungkin lagi jemaah haji dimakamkan di Ma’la karena dianggap sudah sangat padat. Jemaah haji atau umrah –atau warga Mekah sendiri– tak kagi bisa dimakamkan di Ma’la. Beberapa tempat pemakaman baru dibangun pemerintah Arab Saudi di luar kota suci Mekah. Siapa pun yang meninggal di Mekah dan dimakam di kota itu (tak hanya Ma’la) maka akan mendapat ampunan dan bebas dari pertanyaan Munkar dan Nakir.

Makam Baqi’ di Madinah

Bagi jemaah haji atau umrah yang wafat di Madinah, dahulu masih bisa dimakamkan di pemakaman Baqi’. Bahkan, pernah dilaporkan banyak warga luar Madinah yang ingin dimakamkan di Madinah. Tapi, kini, tak mungkin lagi karena sangat padatnya Baqi’. Hingga Mufti Arab Saudi sendiri mengeluarkan fatwa larangan memakamkan jenazah di Madinah bagi warga luar Madinah. Kenapa? Karena kota suci Madinah adalah kota yang menjamin tak ada siksa kubur di sini.

Sahabat Rasulullah pertama yang dimakamkan di Baqi’ adalah Usman bin Madh’un yang wafat 3 Syakban tahun 3 Hijiriah. Rasulullah kemudian memerintahkan menanam pepohonan di sekitar pusaranya. Rasul juga meletakkan dua buah batu di antara makam sahabatnya itu.

Tahun berikutnya, putra Rasulullah Ibrahim wafat saat masih bayi. Dengan derai air mata Rasulullah memakamkan putranya tercinta itu di Baqi’. Sejak itulah penduduk Madina ikut juga memakamkan sanak saudaranya di Baqi’. Apalagi setelah mendengar sabda Rasulullah, “Salam sejahtera untukmu wahai orang yang beriman. Jika Allah berkenan, kami akan menyusulmu. Ya Allah, ampunilah ahli Baqi’.”

Di sini, tak kurang dari 7.000 sahabat Rasulullah (sebagian menyebut sampai 19.000 sahabat) dikuburkan di sini. Termasuk juga ahlul baytnya, antara lain Sayyidatina Fathimah Azzahra, Sayyidina Hasan bin Ali, Sayyidina Imam Ja’far al-Sadiq. Khalifah Usman semula dimakamkan di luar Baqi’ namun belakangan karena perluasan makam maka ia termasuk di Baqi.

Richard Burton, yang berkunjung ke makam Rasulullah tahun 1853 dengan menyamar sebagai muslim asal Afghanistan dengan nama Abdullah mengatakan, Madinah dipenuhi 55 masjid dan kuburan suci. Orang Inggris lain yang datang ke Madinah tahun 1877-1878 melukiskan keindahan Madinah yang setara dengan Istambul. Ia menulis tentang dinding putih, menara berhias emas dan rumput yang hijau.

Baqi’ adalah pemakaman kuno yang sudah ada pada zaman sebelum Rasulullah. Rasulullah SAW. Tercatat sering menziarahi kuburan Baqi` Al Gharqad pada malam hari dan berdoa untuk penghuninya.

Maut merupakan ketetapan Allah. Seandainya ada seseorang yang selamat dari maut, niscaya manusia yang paling mulia pun akan selamat. Namun maut merupakan Sunnah ketetapanNya atas seluruh makhluk. Allah berfirman: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Az Zumar:30)

Tidak ada manusia yang kekal di dunia ini. “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (Al Anbiya:34-35). (wt)