“Harga garam impor biaya produksinya murah karena diproduksi dengan full mekanisasi”, jelasnya.
Di Jawa Timur terdapat 13 kabupaten yang memproduksi garam dengan luasan total 8.248 hektar, 60 persen diataranya diproduksi di daratan Madura. Produksi garam Jawa Timur tahun 2018 sebesar 952,3 ribu ton hingga maret 2019 masih tersisa 150 ribu ton.
Perlu dicatat, kebijakan impor garam industri yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 2,7 juta ton pada 2018 lalu terlalu besar. Padahal ada sisa 1,3 juta ton garam produksi nasional yang dapat digunakan oleh industri.
Sedangkan produksi garam nasional sepanjang 2018 lalu mencapai 2,9 juta ton tetapi yang terserap hanya 1,6 juta ton saja. Sehingga masih banyak sisa produksi yang sebenarnya dapat dialihkan ke industri. Slamet Budiono berharap kebijakan impor garam tahun ini bisa turun, mengingat sepanjang tahun cuaca kemarau cukup bagus.
Ia menambahkan, dari segi kualitas, produksi garam nasional sebenarnya juga tidak kalah jika dibandingkan dengan kualitas garam impor. Pihaknya juga berharap, ke depannya program ekstensifikasi (perluasan) lahan bisa meningkat lagi selain dari memperbanyak bantuan alat teknologi kepada petani. “Kemudian untuk jaga sistem tata niaga harusnya harga pokok penjualan (HPP) garam juga segera ditetapkan. Misal di Jatim, HPP garam Rp 1.500-2000 per kilogram,” tandasnya.
Sementara itu Ketua Himpunan Masyarakay Petani Garam Jatim Muhammad Hasan kepada wartawan mengatakan, pihaknya telah sukses melakukan swasembada garam sejak 2012. Oleh sebab itu, dengan adanya surplus produksi 2018 ini dapat digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan garam industri sebanyak 2,3 juta ton.
“Sehingga kekurangannya baru bisa impor. Jadi tidak terlalu banyak impor,” terangnya.
Hasan berharap, produksi garam 2019 masih cukup bagus, sehingga impor garam industri bisa diturunkan lagi. Ia optimistis, produksi garam sepanjang tahun ini mampu mencapai di atas 3 juta ton. Apalagi jika anomali cuaca normal dan dukungan teknologi yang telah diterapkan. “Bisa menembus 3 koma sekian juta ton,” lanjutnya. (guh)