DKP Jatim Membuat Master Plan Garam

DKP Jatim Membuat Master Plan Garam
Pak Achmad, seorang petani Garam di Sumenep sedang memanen garam.

Surabaya – Dinas Kelautan dan Perikanan Pemprov Jatim tengah berupaya menekan biaya produksi garam agar mampu bersaing dengan garam impor.

Secara kualitas garam lokal Jawa Timur banyak yang memiliki kualitas di atas garam impor. Garam Sumenep misalnya memiliki kadar NaCL mencapai 94,10 persen. Sementara kadar garam impor yang masuk ke Indonesia, seperti dari Australia memiliki kadar NaCL 92,99 persen dan India 91,04 persen.

Salah satu upaya yang dilakukan dengan cara mengintergrasikan lahan produksi garam untuk menyatukan manajemen pengelolaan berada di satu kawasan sehingga mampu menekan biaya produksi serta meningkatkan volume dan mutu garam.

Selain itu diharapkan dapat menjamin kontuinitas produksi. Saat ini sedang disusun Master Plan Garam Jawa Timur untuk mewujudkan hal itu.

Kabid Kelautan, Pesisir dan Pengawasan, Slamet Budiono mengatakan, upaya itu dilakukan agar nantinya akan mampu menekan biaya produksi.

“Nantinya akan dihitung berdasarkan produktivitas per lahan, per teknologi. Hasilnya dapat diketahui berapa ton produksi garam dengan cara tradisional, berapa ton dengan geomembrant dan berapa ton yang dihasilkan rumah garam,” trgadnya.

Selanjutnya bagaimana menciptakan mutu yang diinginkan industri dan dapat diproduksi secara berkelanjutan. “Kita ikat dengan ketersediaan volume dan mutu serta harga untuk industri sehingga tidak ada lagi alasan impor untuk kebutuhan industri”, kata Slamet

Hal yang mendasar penyebab garam lokal tidak dibeli oleh industri karena harganya jauh di atas garam impor. Harga garam lokal Rp 1300 per kilogram sementara garam impor hanya Rp 700 per kilogram.