Vinsensius Awey: Politik Bukan Ajang Homo Homini Lupus

Vinsensius Awey: Politik Bukan Ajang Homo Homini Lupus
Vinsensius Awey: Politik Bukan Ajang Homo Homini Lupus

Bus suroboyo mulai tampak, namun dari sisi legalitasnya masih belum, karena masih menggunakan plat merah dan sebagainya. Ini harus dalihkan ke plat kuning dan ada badan usaha yang mengelolanya. Bisa dialihkan ke moda transportasi utama, bukan lagi moda penopang.

Kelemahan kedua, pembangunan yang kurang merata, khususnya di daerah pinggiran. Selama ini pemerintah masih fokus di perkotaan. Sehingga ada banyak kawasan tertentu, utara selatan yang kurang terperhatikan. Khususunya di pinggiran, sehingga kita tahu saat musim hujan, mereka masyareakat yang ada di pinggiranm, jadi korban kebanjiran.

Kelemahan ketiga, kurang konsen terhadap wisata kota. Bahwa memang Surabaya ini tidak punya tempat transit wisata alam seperti Bali, Banyuwangi, Probolinggo, dan tidak punya kekayaan alam, sehingga tak bisa dijadikan destinasi wisaat. Tapi, Surabaya kaya akan bangunan-bangunan tua, kota-kota tua. Ini kalau beliau memang jeli, dan sering kami smpaikan ke Bappeko, kalau itu bisa dijadikan destinasi wista kota, maka akan menambah sektor perekonomian yang ada dikota. Karena bagaimana pun Surabaya ini ada karena adanya kota tua. Ke depan, Surabaya bisa jadi kota heritage, itu bisa.

Ibarat berada di zona aman, mayoritas anggota DPRD Surabaya ‘bertahan’ menjadi caleg Surabaya. Bahkan ada yang sampai empat periode. Sedangkan Anda mengakhirinya dengan satu periode dan maju menjadi Caleg DPR RI Dapil Jatim I. Apa yang menjadi alasan Anda ?

Seperti saya jelaskan sebelumnya, kalau politik dijadikan mata pencaharian, 10 periode pun terasa kurang. Tapi saya memberikan tontonan. Esensi perubahan itu khan bermula dari diri kita, untuk kemudian kita bisa merubah yang lain. Makanya saya ingin berikan tontonan. Kenapa saya memilih satu periode, bukan karena saya tak laku lagi di kota Surabaya. Saya yakin, kalau maju lagi dari dapil lima, akan terpilih lagi. Persoalannya khan bukan hanya itu. Yang harus kita sampaikan pesan-pesan, edukatif kepada masyarakat, bahwa politik itu bukan sebagai mata pencaharian, tetapi pengabdian. Namanya pengabdian, memang bisa berperiode-periode. Tapi, ingat pengabdian itu khan harus ada jenjang-jenjang yang dilalui. Ada satu jenjang kita lakukan di tingkat kota, dan seterusnya.

Nah, kita juga perlu adanya regenerasi. Kalau kemudian kita menganggap bahwa diri kita yang dibutuhkan oleh masyarakat, ada kalanya manusia ini sisi kepemimpinannya juga ada masanya. Saya berpikir regenerasi itu perlu. Ada istilah bahwa generasi yang baik akan melahirkan generasi yang lebih baik. Maka saya tidak perlu takut kehilangan jabatan. Karena itu hanya amanah, bagian dari pengabdian. Kalau saya tetap bertahan di situ, bagaimana saya bisa melahirkan generasi yang lebih baik. Makanya, kenapa saya hanya satu periode di Surabaya, saya ingin memberi tontonan, itu pun sejak awal saya katakan bahwa di Surabaya saya hanya satu periode.

Mungkin ada yang merasa, kok ada anggota dewan mengatakan hanya satu periode. Itulah tontonan yang saya berikan. Supaya orang juga bisa belajar dari itu. Bahwa panggilan untuk berpolitik, kita benar-benar dipanggil untuk mengabdi, mewujudkan masyarakat sejahtera. Kalau kita hanya mengandalkan bahwa hanya diri kita dibutuhkan masyarakat, dan terus menerus kita berada di posisi itu, saya pikir akan kehilangan satu regenarasi yang baik.

Memang, selama ini gak ada undang-undang yang mengatur anggota dewan cukup dua periode. Yang ada hanya undang-undang mengatur presiden, jabatan dua periode.

Karenanya, kalau saya lolos ke DPR RI, saya akan ada inisiatif untuk mengusung agar masa bakti di DPR itu maksimum dua periode. Ya, walaupun itu tidak diatur dalam undang-undang, tapi bis dihadirkan. Sementara ini khan masih berdasarkan kebijakan dari masing-masing partai. Dan partai yang meloloskan, ada juga tidak. Saya pikir, kalau partai yang baik, dia tidak akan kuatir bahwa seseorang yang hebat di satu dapil kemudian dia akan terus menerus memaksakan orang ini sebagai peraih suara. Saya pikir, partai yang baik, dia bisa melahirkan siapapun sejauh gagasan politiknya baik. Antara pikiran, kata dan perbuatan segaris, maka dia tidak akan ada kekuatiran kehilangan konstituen..

Bagaimana Anda menerjemahkan pesan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, agar sesama caleg Nasdem menjalankan etika berkompetisi secara harmoni ?

Memang, kita lihat ada yang bertarung se partai, dan bertarung dengan partai lain. Kalau sesama partai tidak serasi, tidak secara harmoni, maka kita akan mempertontonkan kebobrokan dari sistem partai kita sendiri. Kedua, bagaimana kita bisa bersatu padu untuk mengalahkan partai lain, kalau kita sendiri satu sama lainnya saling saling mencekal, saling sikut. Itu hal-hal yang tidak baik khan. Sementara lawan kita adalah partai lain. Karena masing-masing partai akan berusaha menyajikan sesuatu yang baik, punya platform gagasan yang baik, maka kita berlomba-lomba untuk menunjuukkan yang terbaik kepada masykarakat. Itu sesungguhnya.

Kita satu partai harus bergandengan tangan. Walau pun berkompetisi, tapi ada banyak hal kita punya kesamaan ideologi, sehingga masing-masing orang tentu punya pangsa pasar masing-masing dalam membangun kominitasnya. Tinggal kejelian saja. Sehingga dia tidak menbuat satu lahan di mana di situ mereka berebutan. Tapi di lahan-lahan yang ada semisal yang kuat di basis A dan basis B, tinggal Tuhan berkehendak siapa yang jadi. Kalau Tuhan berkehendak Awey ya Awey.

Jadi, kita semua harus berjuang untuk mengumpulkan simpati suara dari masyarakat, kepercayaan dari masyarakat, sehingga nanti soal siapa yang menang, kita harus akui Tuhan juga ikut campur dalam hal ini. Tapi, kalau di awal, satu sama lain sudah saling menyikut, baku hantam, saling menjelekkan, ini kita akan kocar kocair di internal kita sendiri. Bagaimana kita fokus untuk meraih suara dari pangsa pasar yang sudah diisi oleh partai lain, belum berperang kita sudah saling bunuh sendiri. Itulah yang diartikan harmonisasi.

Sebagian masyarakat beranggapan, politik itu kotor. Jamak, karena ada yang menggunakan politik sebagai media untuk mengejar posisi politis tertentu dengan harapan memperkaya diri atau keuntungan lain. Sehingga ada istilah, politik dijalankan sebagai ajang homo homini lupus (memperlakukan sesamanya sebagai serigala). Demi tujuan, manusia yang satu tega ‘memakan’ bahkan ‘membunuh’ manusia lain. Terbukti, banyak pejabat politik tertangkap tangan KPK. Ada juga beranggapan, politik adalah ajang homo homini socius (manusia sebagai kawan bagi sesamanya). Disebut politik baik, santun, karena untuk mengupayakan bonum commune (kesejahteraan/ kepentingan umum). Bagaimana roh politik bisa dijalankan demi memenuhi/ berpihak kepada kepentingan masyarakat ?

Sederhananya begini. Politik itu pada hakikatya tidak kotor. Politik itu hakikatnya memperjuangkan bonum commune itu sendiri. Memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Semua yang terpanggil untuk berpolitik ini, mereka adalah orang-orang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk membenahi, mengelola bangsa dan negara dengan baik, untuk memakmurkan bangsa dan negera. Itu dulu hakikatnya. Persoalan kemudian ada banyak orang yang menggunakan segala macam cara untuk meraih kekuasaan dan sebagainya, yang salah khan manusianya. Bukan politiknya. Hanya orang-orang yang salah inilah kemudian memanfaatkan politik kekuasaan untuk mengutamakan kepentingan perorangan. Saya selalu mengimbau kepada konstituen komunitas saya, jangan kemudian kita selalu mengandalkan orang lain menentukan nasib kita, lebih baik kita mengandalkan nasib kita sendiri.

Maka dari itu, setiap kesempatan Pemilu, jangan kemudian orang memilih apatis. Perilaku-perilaku para politisi ini, jangan disamakan, sebab tak semua politisi seperti itu. Makin kita meninggalkan, makin kita apatis, itu sama halnya kita juga ikut ambil bagian dalam dosa itu sendiri. Karena Pemilu ini bukan lagi kita berbicara adalah memilih yang terbaik.

Bagaimana kita bersatu untuk mencegah yang buruk berkuasa, maka siapapun yang punya integritas, siapapun yang ingin bangsa ini lebih baik, jadi harus maju. Persoalan dia terpilih atau tidak, paling tidak dia sudah punya ikhtiar untuk maju mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Persoalan kenapa selama ini ada yang tertangkap KPK, dan sebagainya, ini khan kembali kepada manusianya. Maka dari itu, kalau kita proses politik ini berjalan dengan baik, maka hasilnya juga baik. Tapi kalau dari awal dia sudah menggunakan segala macam cara untuk mencapai kemenangan, termasuk politik uang, bagaimna kita bisa mengandalkan politisi ini untuk bisa memperbaiki bangsa dan negara ini. Sebab, ketika mereka berkuasa, maka mereka juga akan menggunakan politik kekuasaan itu untuk memperkaya diri sediri.

Yang saya prihatin adalah, dia mencapai kemenangan, maka dia tidak akan mungkin memikirkan bangsa ini, yang dia pikir untuk dirinya sendiri. Jadi caranya, mulai dari diri kita. Awal yang baik, proses yang baik, hasilnya juga akan baik.

Makanya saya selalu mengajak masyarkat, jangan matikan api harapan. Semakin kita matikan api harapan, semakin kita tak mau peduli, maka kita membiarkan semakin banyak orang-orang yang tidak baik berkuasa di dalam republik ini yang menguaai kita, yang memimpin kita, memanage kita, yang menghancurkan kita nanti. Maka dari itu, kita harus terus nyalakan api harapan. Karena bagaimana pun, kita yakin di antara sekian banyak politisi pasti ada orang yang hadir ingin mengupayakan bangsa ini lebih baik. Saya sendiri hadir sebagai politisi di Surabaya. Saya sadari kemampuan saya tidak mampu mengubah air kopi itu menjadi putih, tetapi setidak-tidaknya, saya tidak menambah kepekatan air kopi itu sendiri. (wetly aljufri)