Kamis, 5 Desember 2024
25.6 C
Surabaya
More
    LapsusWawancaraZainudin Amali : Hasil Evaluasi SEA Games Vietnam, Harus Konsentrasi Nomor Perorangan

    Zainudin Amali : Hasil Evaluasi SEA Games Vietnam, Harus Konsentrasi Nomor Perorangan

    Hingga Senin sore (15/5/2023) Kontingen SEA Games Indonesia pada perhelatan pesta olahraga se Asia Tenggara ke-32 di Kambodia, berhasil meraih 74 medali emas, 60 perak, dan 83 perak. Keberhasilan ini tidak lepas dari gebrakan pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

    Salah satu pencetus ide DBON sekaligus mengimplementasikan sejak ditetapkan pada September 2021 dengan tugas utama dipundak Menteri Pemuda dan Olahraga, dan sejumlah kementerian dan lembaga terkait mendukung secara totalitas untuk memajukan pembinaan prestasi olahraga nasional di event dunia atau internasional.

    Di tengah-tengah perhelatan SEA Games Kambodia 2023, wartawan WartaTransparansi.com Djoko Tetuko mewawancarai mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali di Hotel Phnom Penh Kambodia.

    “Hasil SEA Games Kambodia, tidak lepas dari hasil evaluasi SEA Games Vietnam. Dimana pola pembinaan untuk multievent harus konsentrasi pada nomor perorangan yang banyak medalinya,” kata Zainudin Amali, Senin malam (15/5/2023).

    Berikut ini wawancara dengan Profesor Dr Zainudin Amali M.Si (sekarang Wakil Ketua Umum PSSI).

    (WT) WartaTransparansi.com : Assalamu’alaikum Prof

    (ZA) Zainudin Amali : Wa’alaikum salam Warohmatullohi Wabarokatuh.

    WT : Lagi konsentrasi Timnas sepakbola ya Prof.

    ZA : Alhamdulillah kita pengurus PSSI dan skuad Timnas Sepakbola SEA Games sama-sama berusaha mempersiapkan tim sebaik mungkin untuk pertandingan final.

    WT : Apa saja Prof

    ZA : Secara tehnis sudah disiapkan pelatih, dan mereka sore tadi baru latihan tertutup.

    WT : Harapannya Prof

    ZA : Harapannya mendukung dan mendoakan pemain, agar mampu berusaha dan berjuang semaksimal mungkin memberikan prestasi terbaik untuk bangsa dan negara.

    Oleh karena itu, dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia sangat diharapkan.

    WT : Semoga berhasil dan menjadi sejarah baru sepakbola Indonesia.

    ZA : InsyaAllah … Amin Ya Robbal Aalaamiin.

    WT : Bicara soal prestasi Kontingen SEA Games 2023, kan hasil persiapan Kementerian Pemuda dan Olahraga pada masa Prof.

    ZA : Hasil pembinaan bersama cabang olahraga, terutama pada nomor perorangan yang banyak menyediakan medali.

    WT : Apa itu menjadi prioritas?

    ZA : Benar! Sebab setelah mengikuti SEA Games di Vietnam, salah satu fokus pembinaan olahraga prestasi di multievent, termasuk SEA Games dan memperkuat implementasi DBON, maka harus konsentrasi pada cabor nomor perorangan yang menyediakan medali emas, perak dan perunggu dalam jumlah besar.

    WT : Ceritanya gimana Prof?

    ZA : Waktu itu bersamaan dengan implementasi DBON sebagai wujud pelaksanaan propgra
    Perpres 86/2021, saya ke Pak Luhut menyampaikan haisl evaluasi bersama sejumlah profesor dan pakar olahraga.

    WT : Singkatnya fokus pembinaan prestasi olahraga seperti apa?

    ZA : Waktu itu saya bilang dengan pola pembinaan pada cabor nomor perorangan dengan jumlah medali yang diperebutkan cukup banyak, tentu mengeluarkan tambahan anggaran pembinaan.

    WT : Diakui atau tidak bahwa peningkatan prestasi pada SEA Games Kambodia hasil DBON dan evaluasi pola pembinaan olahraga prestasi.

    ZA : Itu pernyataan Anda.

    WT : Tetapi kenyataannya kan demikian.

    ZA : Kalau ditanya seperti di atas tadi, memang benar bahwa konsentrasi pola pembinaan olahraga prestasi pada multievent, memperkuat cabor nomor perorangan, seperti atletik, renang, gulat, pencak silat, dan lainnya.

    WT : Berarti pencapaian SEA Games ini salah dari fokus pola pembinaan usai SEA Games Vietnam

    ZA : Pak Terimedia Ketua Umum PGSI (gulat, red) kemarin menyatakan bahwa ini hasil program Kemenpora lalu.

    WT : Kalau lebih ditingkatkan lagi pada masa-masa mendatang, ada jaminan Indonesia akan mampu bangkit dan memimpin lagi di SEA Games.

    ZA : Kalau mengacu pada program DBON, maka konsentrasi membina anak-anak berbakat dan potensi melahirkan prestasi tingkat dunia, baru memetik pada tahun 2032 atau 2034 sekitar 10 tahun dari mulai menjalankan program ini.

    Berarti untuk pola pembinaan jangka pendek untuk memperbaiki prestasi di SEA Games atau Asian Games, jika fokus dan sungguh-sungguh konsentrasi cabor nomor perorangan yang potensi menghasilkan medali emas, maka peluang prestasi Indonesia di pesta olahraga multivent, InsyaAllah lebih terbuka dan berpeluang.

    WT : Berarti membutuhkan evalusi dan fokus konsentrasi pada cabor nomor perorangan yang punya potensi merebut medali emas.

    ZA : Saya kira iya! Dan harus bersama-sama mempersiapkan semaksimal mungkin.

    WT : DBON sendiri sudah dilaksakan seperti apa?

    ZA : Pemerintah akan membangun
    10 sentra pembinaan olahraga di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, NTB, Kalimantan Timur, dan Papua. Selain itu, dia mengatakan, di luar 10 provinsi itu ada juga yang mengusulkan seperti Sumatera Barat yang menyatakan siap untuk menjadi sentra.

    Tapi itu program jangka panjang untuk menuai hasil pada tahun 2032 atau 2034.

    WT : Kalau jangka pendek untuk multivent

    ZA : Bersama sejumlah profesor bidang olahraga dan pakar olahraga, termasuk dari kalangan wartawan olahraga melakukan evalusi dan memastikan fokus pembinaan cabor nomor perorangan yang banyak menyediakan medali.

    WT : Untuk cabor beregu apakah?

    ZA : Sama, harus sama-sama meningkatkan pola pembinaan untuk merebut medali emas. Sebab di cabor nomor beregu itu gengsi tersendiri.

    WT : Kembali ke DBON Prof

    ZA : Sekarang ini
    untuk sementara sentra pembinaan olahraga ditempelkan langsung di perguruan tinggi, terutama yang memiliki fakultas keolahragaan. Hal itu supaya anak-anak yang dibina di sentra ini pendidikannya tetap terjaga, dan pengawasan terhadap mereka terpantau. Juga ada SDM yang secara profesional dan proporsional terus memantau setiap berkembangan atlet yang terpilih dalam pembinaan di sentra itu.

    WT : Karena DBOK memang program jangka panjang untuk gengsi prestsi Indonesia di mata dunia?

    ZA : Iya betul. Dalam sentra itu direkrut anak-anak rata-rata usia 12 tahun. Lulusan SD masuk SMP. Sekolahnya tidak boleh terlantar. Didukung perguruan tinggi yang memiliki Labschool. Misalnya UNJ (Universitas Negeri Jakarta), itu punya fakultas keolahragaan, punya lab sport science, punya penginapan tempat latihan, dan labschool.

    WT : Untuk KONI Provinsi?

    ZA : KONI Provinsi dan Kab/Kota sama? Mendukung program pembinaan nasional, baik cabor perorangan maupun beregu.

    Tentu saja beriringan dengan DBON konsentrasi pada cabang olahraga yang berpotensi melahirkan prestai sekurang-kurangnya SEA Games.

    WT : Apa bisa disatukan dengan DBON?

    ZA : Sekarang belum. Masih menyesuaikan sesuai fokus dan konsentrasi pola pembinaan untuk kepentingan jangka pendek yang memungkinkan berprestasi.

    WT : Kembali ke DBON, berarti sentra pembinaan akan menjadi kunci?

    ZA : Harapannya seperti itu, karena di sentra pembinaan ada pelatih olahraga, ada dokter yang mendampingi, psikolog yang mendampingi, ahli gizi yang mendampingi, dan penanggung jawab asrama. Sementara atlet hanya latihan dan latihan, pertandingan dan pertandingan.

    Para atlet hanya latihan dan belajar. Sehari-hari belajar dan sekolah serta latihan sesuai cabor, makan dan uang saku anggaran pemerintah pusat.

    WT : Targetnya?

    ZA : Target dari pembinaan melalui program DBON adalah untuk mempersiapkan juara olimpiade di masa yang akan datang. Sebab, untuk menyiapkan atlet berprestasi harus memiliki minimal 10 ribu jam latihan atau 10 tahun.

    WT : Selamat dan sukses Prof. Semoga sepakbola juara dan mempersembahkan medali emas

    ZA : Aamiin …(*)

    Laporan Djoko Tetuko dari arena SEA Games Kambodia

    Sumber : WartaTransparansi.com

    COPYRIGHT © 2023 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan