Hitam Putih Dunia Harley Sangat Mengasyikkan

* Ahmad Riyadh UB Ph.D, Ketua Pengda HDCI Jawa Timur

Hitam Putih Dunia Harley Sangat Mengasyikkan
Ahmad Riyadh UB Ph.D Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Jatim periode 2019-2022 dan Nanan Soekarna Ketua Umum HDCI priode 2016-2021.

HARLEY Davidson Club Indonesia (HDCI). Mendengar namanya saja, banyak orang berpendapat bahwa itu sebuah club yang eksklusif. Komunitasnya orang-orang mapan, berkelas berkantong tebal, mengendarai motor gede yang dilengkapi dengan aksesoris yang ‘membungkus’ kaki hingga kepala.

Bukan tanpa alasan. Untuk harga satu unit motor dengan brand ternama asal Amerika Serikat itu, mengutip otomaniac.com bisa untuk membeli satu unit rumah tipe 36/45. Sebab, harga terendah Harley Davidson yang dijual di Indonesia di angka Rp368 juta untuk jenis Harley Davidson Sportster Superlow. Sedangkan harga tertinggi Harley Davidson Cvo Ultra Limited Rp1,388 miliar, dan Harley Davidson Tipe Softail Road Glide di kisaran angka Rp 1,4 miliar (on the road). Itu belum termasuk pernik-pernik perlengkapan lainnya.

Untuk jajaran moge di Indonesia, Harley kini tak sendiri lagi. Selain motor-motor Jepang, pabrikan lain seperti BMW, Triumph, dan Royal Enfield, juga sudah masuk secara resmi ke Indonesia. Kendati demikian, nama Harley masih begitu kuat.

Cukup banyak yang mengatakan jika moge dari BMW, Triumph dan merk lainnya sebagai moge. Namun khusus Harley, penamaannya tetap disebut Harley. Ya.., Harley memang memiliki positioning sendiri di mata bikers Indonesia.

Sayangnya, masih ada sebagian orang menuding bahwa pengendaranya banyak yang suka hura-hura, arogan bahkan ugal-ugalan saat di jalan raya. Hobinya konvoi dengan kawalan polisi, tapi tanpa membawa manfaat apa-apa. Ini kerap memunculkan kontroversi.

Mungkin karena kontroversi itu sehingga HDCI terus berbenah. Mencanangkan berbagai terobosan dalam membangun nilai solidaritas dan sinergitas organisasi. HDCI ingin menjadi organisasi berbasis pada hobi berkendara Harley-Davidson yang terpandang dengan menjunjung tinggi semangat kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan serta memiliki reputasi yang baik di Indonesia maupun mancanegara.

Saat ini, HDCI memiliki anggota ribuan orang. Mereka tersebar di sejumlah provinsi (46 Pengcab dan 8 Pengda). Pengurus Pusat HDCI periode 2016-2021 dinakhodai Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Nanan Soekarna.

Di Jawa Timur, HDCI dinakhodai Ahmad Riyadh UB, Ph.D. Riyadh terpilih secara aklamasi dan dilantik sebagai Ketua Pengurus Daerah (Pengda) HDCI Jatim pada Jumat 5 Juli 2019 lalu. Pengda HDCI Jatim membawahi lima pengurus cabang. Masing-masing, Pengcab Surabaya, Sidoarjo, Malang, Kediri, dan Madiun.

Berikut wawancara ringan wartawan Koran Transparansi (wartatransparansi.com) bersama Ahmad Riyadh UB, Ph.D, Ketua Pengda HDCI Jawa Timur periode 2019-2022.

Bagaimana perjalanan Anda mengenal, jatuh cinta, dan kemudian berkecimpung di komunitas Harley Davidson (HD), dan apa yang membuat Anda tertarik ?

Sebenarnya sejak masih kecil saya sudah mengenal dunia motor, sebab Aba saya waktu itu sudah punya motor Harley. Apalagi keluarga ahli bengkel motor dan Aba ahli mesin mobil, sehingga sejak kecil saya sudah mencintai dunia motor dan mobil.

Apalagi, saya sendiri memang punya hobby membongkar pasang motor juga mobil, bahkan melakukan uji coba dengan beberapa perubahan seperti mengubah puyer, supaya tekanan bertambah dan menambah kecepatan, mengubah knalpot, model dan bentuk dari motor atau mobil.

Bahkan di zaman itu, masih remaja bersama teman-teman sebaya memfasilitasi lomba balap motor di jalanan, waktu itu sering menggunakan palang pintu kereta api di Gempol Pasuruan untuk start. Ya tahu sendirilah bagaimana anak remaja yang memang punya hobby urusan motor.

Soal jatuh cinta dengan Harley, dan mampu membeli sendiri dan sekarang mengoleksi beberapa model, karena bersama teman-teman komunitas Harley, sama-sama punya hobby yang sama. Terus menerus sampai semakin menggandrungi. Waktu itu juga sudah hobby mobil, suka bongkar pasang mobil. Makanya Harley itu secara kebetulan pada waktu yang tepat bersamaan dengan beberapa teman sejawat hobby berHarley, ya jadinya sama-sama memperkuat HDCI yang sudah ada untuk berHarley.

Hitam putih dunia Harley sangat mengasyikkan, di antara kegiatannya suara motor besar “Brummm … brummm …”*  Ternyata ditunggu-tunggu karena membawa bantuan untuk panti asuhan dan fakir miskin di daerah terpencil.

Tetapi dunia glamor ini juga kadang menyedihkan, karena berbagai asesoris di motor maupun berkaitan dengan HD, perempuan-perempuan seperti menemani para pembalap, menyatu di berbagai acara yang mengasyikkan.

Tapi, semua kembali kepada kita, bagaimana menyikapi. Yang pasti hitam putih di Harley itu keniscayaan.

Jika boleh tau, berapa duit yang sudah dikeluarkan untuk membeli satu unit HD berikut aksesoris, bagaimana perawatannya, dan jenis HD apa saja yang Anda miliki ?

Wah soal harga itu, soal duit sangat relatif, itu soal kesenangan dan hobby, sehingga sesuai merk dan jenis Harleynya, dan alhamdulillah saya sudah punya dan gonta ganti motor Harlye ini ya kita-kira sudah 8 kali. Jadi duitnya sesuai kondisi waktu itu. Yang jelas tetap asyik dan melihat koleksi motor Harley bisa mendukung semangat kerja.

Termasuk asesoris dan perawatan, memang boleh dikatakan mahal, boleh dikatakan standar Harley lah. Kalau untuk kebutuhan HD karena sudah menjadi bagian dari hobby juga kehidupan komunitas. Maka juga relatif, biayanya sesuai kebutuhan saat itu.

Masih ada anggapan, bahwa mereka yang ada di komunitas HD hanya karena ingin menunjukkan identitas sebagai orang kaya, berkonvoi dengan kawalan polisi, dan bahkan ugalan-ugalan di jalanan. Benarkah stigma itu?

Kalau stigma teman-teman bro bro pecinta dan penghobby HD hanya karena memamerkan kekayaan, maka bos bos yang punya perusahaan besar pasti yang ber HD. Tetapi komunitas ini karena hobby dan kecintaan, sehingga tidak ada niat pamer, juga karena kesamaan dalam hal sosial dan lain lain.

Bahkan cabang Sidoarjo mendirikan atau membentuk HD Syariah.

Jadi stigma ingin dikawal polisi dan ugal ugalan itu, hanya semacam perasaan dari yang melihat dari jauh, tetapi sesungguhnya kalau dilihat dari dekat apalagi mau bergabung ber HD, justru banyak kegiatan positif. Di jalan pun tidak banyak yang menimbulkan gangguan atau insiden, apalagi berkendara yang membahayakan.