Kota dan Kesenian: Dinamika Estetika dalam Bayang-Bayang Industrialisasi Surabaya

Kota dan Kesenian: Dinamika Estetika dalam Bayang-Bayang Industrialisasi Surabaya

Dua Kegiatan

Tema Kota dan Kesenian inilah yang akan diangkat dalam kegiatan FPKS pada 16 Juni 2025, pukul 19.00 – 21.00 di Galeri Dewan Kesenian Surabaya. Dan pada program kali ini, FPKS menyelenggarakan dua kegiatan. Pertama seni pertunjukan, kedua, workshop penulisan kreatif berbasis sastra.

Untuk workshop penulisan, peserta yang akan diundang adalah kalangan muda dan milenial. Tujuan khususnya untuk mendorong minat mereka mencintai dunia kepenulisan (literasi), dalam hal ini sastra, lebih khusus lagi puisi. Tujuan umumnya membangun kembali Kota Surabaya sebagai Kota Literasi. Goal dari kegiatan ini adalah menerbitkan buku antologi puisi hasil karya para peserta.

Untuk seni pertunjukan, para penyaji yang bakal tampil adalah ; Budi Bi dan Ami Tri dengan Senirupa Pertunjukan. Budi Bi akan mempresentasikan karyanya serta melukis on the spot. Orasi Budaya kali ini menampilkan Henri Nurcahyo. Pilihan kepada Henri ini karena dia dianggap sangat memahami “isi perut” dunia kesenian di kota pahlawan ini, termasuk memahami bagaimana sudut-pandang pengelola kota ini dalam urusan kesenian.

Dari Sastra, khususnya pembacaan puisi yang dikomandani Ribut Wijoto, bakal menarik karena menampilkan lintas generasi mulai dari Don Aryadien, Brigitta Vanessa, Diandra Galuh Puspita, Nihasy Aniqo Dhamar Asyuro, Rara & Aji Kelono.

Irfan Gepeng dari Baya Runcing, yang menurut Heri Lentho merupakan salah satu koreografer progresif di Surabaya, juga akan kembali menampilkan Teater Tari Benalu. Ketika saya bilang padanya bahwa ruang di Galeri DKS itu kecil, dia jawab ringkas ; formatnya akan diubah. Di FPKS kebetulan Irfan didapuk ngurusin tari.

Sajian musik juga gak bakal kalah menarik. Bambang Sukmo Pribadi atau dikenal dengan Bambang SP merupakan maestro seni karawitan yang dimiliki Jawa Timur. Jebolan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) yang sekarang jadi SMKN 12 Surabaya ini susah dihitung jumlah karyanya. Salah satu komposisi karyanya, Sawunggaling, yang merupakan kolaborasi musik (saxophone, drum, dan alat musik pentatonis) banyak disebut pengamat sebagai karya terbaik. Sementara Edy Jenggot dikenal sebagai pemusik pop yang sering membawakan lagu-lagu jenaka.

Sementara Totenk, dramawan asal Bandung yang kini bermukim di Surabaya dan pernah menjadi bagian dari Bengkel Teater Rendra, mengusulkan dramawan dari Teater Rumpun Padi, Jeremiah Earvin tampil lewat monolog “Dihadapan Burung Agung.”

Dan tentu saja, suasana kerja dari FPKS, yang kali ini pimpinan produksinya Heti Palestina Yunani, juga masih dalam semangat gotong-royong serta keterbukaan sebagai manifestasi Budaya Arek. (sas/eko)