Pembenahan sekaligus pengembangan proyek spektakuler sangat prestisius itu, adalah keniscayaan. Tetapi dalam waktu cukup singkat mewujudkan KCJB dan terbukti “menghipnotis” adalah bondo nekad (bonek) dan keyakinan mengubah citra Indonesia di mata dunia sudah setara dengan negara maju, terbukti. Walaupun baru sebatas sentuhan awal. Tentu saja kita tunggu pengembangan lebih lanjut lebih “menghipnotis” lagi.
Pengalaman ketika mendapat hadiah dari Presiden Jokowi agar peserta Kongres XXV PWI 2023, saat kembali ke arena Kongres di Bandung naik KCJB, maka bukan hanya “terhipnotis” saat naik dan menikmati. Ke depan kecepatan jarak tempuh ke Jakarta atau sebaliknya ke Bandung dengan kereta cepat modern dengan teknologi sangat tinggi itu, maka jarak tempuh saat rombongan peserta Kongres dengan dikawal polisi saat naik bus menuju kantor PWI Pusat (berdekatan dengan Istana Negara) memakan waktu sekitar 3 jam 35 menit. Sementara naik kereta cepat “terhipnotis” hanya 46 dengan nyaman dan nikmat. Karena itu, kita patut bersyukur.
Pengalaman saat naik KCJB berangkat secara khusus pukul 16:15 berangkat pada gerbong 4 pemberhentian berikutnya di stasiun Padalarang kecepatan 333 km/jam
Pada pukul 16:34 masuk terowongan tiga kali hanya sekitar 6-7 menit, karena pada pukul 16:37 keluar masuk terowongan lagi tiga kali sampai stasiun Padalarang. Dan pada pukul 16:40 petugas pengumumkan bahwa sebentar lagi masuk stasiun Padalarang, tepat pukul 16:42 KCJB sampai di Stasiun Padalarang.
Pada pukul 16:45 pintu kereta akan ditutup, dan diumumkan penumpang dilarang bersandar dipintu kereta. Karena KCJB akan segera ditutup dan berangkat. Dimana petugas memberitahukan bahwa pemberhentian berikutnya di stasiun Tegalluar, alhamdulilkah pada pukul 16:58 diumumkan sesaat lagi sampai stasiun terakhir dan mohon maaf atas keterlambatan. Tepat pukul 17:00 sampailah di stasiun berdekatan dengan stadion kebanggaan bobotoh, Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Walaupun KCJB mampu menghipnotis dan tentu saja sudah membanggakan, tetapi sudah menjadi kebiasaan umum, maka kritik konstruktif tentu akan terus mengalir seperti angin semilir. Maka mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas selesainya proyek spektakuler prestisius itu. Adalah pilihan paling tepat.
Semoga KCJB bermanfaat dan menjadi kebanggaan juga kebangkitan menuju Indonesia Maju, dengan tetap selalu menjaga martabat Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa korupsi dan mendahulukan kepentingan sendiri di kepentingan rakyat, dalam proses mensejahterakan seluruh anak negeri. (*)