Opini  

Puncak Pembersihan Ruh, Menjemput “Malam Seribu Bulan”

Puncak Pembersihan Ruh, Menjemput “Malam Seribu Bulan”
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

Di Indonesia ulama Nahdliyin selalu memperingati pada malam tanggal 17 Ramadan atau bertepatan 7 April 2023 (17 malam Ramadan 1444 H/sholat Taraweh ke-17). Tentu saja sebagian besar dengan bersama-sama gotong royong menghantamkan Al-Qur’an. Tentu saja sebagai bagian dari rasa syukur sudah dipertemukan dengan bulan Ramadan sampai hari ke-16.

Kataman gotong royong ini menjadi awal pembuka pengabdian menuju puncak ibadah pada bulan suci Ramadan. Sebab sesuai Sabda Rasulullah bahwa “Lailatul Qadar” adalah pada 10 hari terakhir malam Ramadan. Dan lebih banyak dialami Nabi Muhammad pada malam ganjil.

Al-Quran sendiri sudah memberikan petunjuk pada surat Al-Qadr, dimana 5 ayat itu artinya;

(1). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.

(2). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

(3). Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.

(4). Pada malam itu turun para malaikat dan Rµh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.

(5). Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Sebagai puncak ibadah guna membersihkan ruh, dan mencari amalan pada malam hari senilai bahkan lebih baik dari “seribu bulan” atau “malam seribu bulan”. Dimana beribadah satu malam dinilai lebih baik dari 83 tahun lebih.

Begitu mulia malam itu dan begitu utama untuk pembersihan ruh, maka jutaan umat Islam biasanya meninggalkan seluruh aktifitas duniawi dengan berdzikir dan iktikaf di masjid masjid, juga berdzikir dalam setiap gerak gerik sejak memasuki 10 terakhir bulan Ramadan. MasyaAllah, luar biasa tentu atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mari berlomba-lomba berbuat baik dengan berdzikir dan berdzikir pada puncak pembersihan ruh, dan “Malam Seribu Bulan”.

Tentu saja untuk mencapai puncak pengabdian itu, setiap manusia dengan menata niat dan menyerahkan sepenuhnya proses ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala . InsyaAllah bersama Aulia dan karomah menemukan ibadah dan ibadah dalam dzikir secara luas. (*)