Makanya, ia selalu menegaskan kepada jajarannya agar jangan pernah menolak setiap investasi yang masuk. Namun demikian, pemerintah juga wajib memastikan bahwa setiap investasi yang masuk memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat.
“Kita selalu mengatakan jangan mau jadi penonton di rumah kita sendiri. Tapi onok investasi ngadek kabeh (ada investasi berdiri semua), warga e dijarno (warganya dibiarkan). Nah, itu pemerintahnya di mana. Karena itu harus ada dampak ekonominya kepada masyarakat,” jelasnya.
Eri mengaku bersyukur, sekarang ini camat dan lurah di Kota Surabaya terus berbondong-bondong berinovasi untuk mensejahterakan warga. Namun, ia mengakui, bahwa upaya yang dilakukan jajarannya itu belum sempurna tanpa ada dukungan dari masyarakatnya. “Alhamdulillah saya matur nuwun (terima kasih) kepada seluruh jajaran Pemkot Surabaya, baik lurah dan camat. Apakah sempurna? Tidak. Apakah masih ada kekurangan? Iya. Karena yang bisa menyempurnakan kami, lurah camat Pemkot Surabaya adalah RT/RW, LPMK dan Kader,” ujarnya.
Dalam momen peresmian itu, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya juga kembali menyatakan keinginannya membangun Kota Pahlawan melalui gotong-royong untuk kepentingan umat. Makanya, ia berharap betul kepada seluruh Ketua RT/RW, LPMK maupun kader, jika melihat kekurangan terhadap langkah yang diambil pemkot agar bisa disampaikan.
“Boleh Surabaya menjadi Kota Metropolitan. Boleh Surabaya menjadi kota kelas dunia, tapi kekeluargaan dan gotong-royong harus tetap ada di Kota Surabaya,” imbuhnya.
Sementara itu, Camat Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya, Achmad Daya Prasetyono menjelaskan, bahwa terdapat tiga unit usaha di Rumah Padat Karya Prapen. Pertama adalah padat karya berupa usaha laundry. Unit usaha padat karya ini telah menyerap 58 tenaga kerja MBR yang terbagi menjadi dua shift kerja. “Kegiatan laundry sudah tersedia 29 mesin cuci dan terbagi dalam menjadi dua shift. Yaitu shift satu 29 MBR mulai pukul 08.00-15.00 WIB dan shift dua juga 29 MBR mulai pukul 15.00-22.00 WIB,” kata Achmad Daya.
Ia mengungkapkan, bahwa ada 23 MBR pada unit usaha laundry yang sudah mendapatkan pelatihan. Sementara sisanya akan diberikan pelatihan laundry secara bertahap.
“Total ada 58 MBR yang terserap di padat karya laundry. Alhamdulillah saat ini kami juga sudah kerja sama dengan Hotel Zest dan sudah dapat order untuk laundry,” ungkapnya.
Selain laundry, Rumah Padat Karya Prapen juga membuka unit usaha jahit dan permak. Achmad Daya menyebut, bahwa saat ini tersedia 20 mesin jahit yang mampu menyerap 40 tenaga kerja MBR dengan terbagi menjadi dua shift kerja.
“Ada dua shift untuk jahit. Satu shiftnya itu diisi oleh 20 MBR, sehingga total 40 MBR dalam satu hari. Yang sudah dilatih ada 20 MBR dan sisanya masih dilakukan pelatihan secara bertahap,” terangnya.
Di samping laundry dan jahit, Achmad Daya menyatakan, bahwa Rumah Padat Karya Prapen juga membuka unit usaha cuci motor. Setidaknya sudah ada delapan MBR yang terserap menjadi bagian dalam program padat karya cuci motor.
“Sehingga total ada 106 MBR yang terserap di Rumah Padat Karya Prapen. Insyaallah ke depan mungkin kita bisa merajut kerja sama dengan pihak-pihak yang lain lagi,” tukasnya. **