Opini  

Antara Covid-19 dan Dajjal (3)

Antara Covid-19 dan Dajjal (3)

TANCAP GAS POL

Bola kebohongan ini terus menggelincir. Seperti bundaran tepung untuk onde-onde, semakin lama dan sering digulirkan semakin besar bundarannya. Kebohongan bukan hanya dalam konteks onformasi tetapi kian merebak multisektoral.

Kasus dugaan korupsi Bansos oleh Menteri Sosial (sudah mundur) Yuliari Batubara menunjukkan kebohongan dalam tindakan. Tidak bicara. Kesuwen. Langsung tancap gas pol mencaplok Rp 17 milyar.

Bisa jadi kobohongan jenis ini merupakan fenomena gunung api tertimbun salju. Sangat banyak yang belum terungkap. Mulai soal semprotan disinfektan, proyek kampung ini kampung itu, proyek operasi masker operasi entah apalagi, pengadaan APD sampai yang paling aktual soal vaksin. Kebohongan dengan banyak variannya ini fenomena global. Tidak cuma di Indonesia.

Sampai-sampai bos Takeda, perusahaan obat terbesar Jepang, meminta agar perusahan-poerusahan pengembang vaksin jujur. Tapi tuntutan jujur dan transparan itu tidak mudah. Karena vaksin itu juga mengandung misi bisnis sangat besar. Keuntungannya bisa berlipat-lipat ganda.

Di film Iron Fist diungkap, pada saat masa pandemi, masyarakat butuh obat. Maka produsen meroketkan harganya dari 5 dollar AS menjadi 50 dollar AS. Karena bisnis, maka produsen menggunakan promosi, iklan, infleuenzer, bahkan berkongkalikong dengan penguasa. Tapi igtu di film. Di alam nyata entahlah. Mungkin saja begitu pula. Ajuuur…

Walhasil, kebohongan benar-benar merata dan mencekeram kian lama kian kuat. Seperti terpal yang ditutupkan di kepala. Terpalnya ditambah terus, terus dan terus sehingga gelap sama sekali, sesak yang semakin sesak, ujung-ujungnya mati.

BABAK AKHIR

Proses kebohongan yang menyertai Covid-19 boleh dibilang ciri atau tanda ketiga semakin dekatnya Dajjal dimunculkan oleh Allah. Dimunculkannya Dajjal adalah babak akhir perjalanan Dajjal sekaligus pertanda menjelang kiamat.

Dajjal membangun kebohongan di dunia ini juga dengan pelan-pelan tapi pasti. Terdisain. Bertahap. Dikelola secara efektif. Misalnya, awalnya sebagai pejuang hak asasi manusia (HAM). Dunia terpana. Menganggap sebagai pemerintahan saleh. Padahal isu HAM itu hanya untuk menutupi topengnya sebagai penindas manusia. Irak dan Afghanistan dihancurkan. Iran diembargo sampai hampir 40 tahun. Venezuela dirusak. Despotisme dimaskeri dengan HAM.

Contoh lain membuat istilah bantuan keuangan. Padahal ada bunga berbunga dan jeratan-jeratan politik dan budaya. Tampil dengan masker (topeng) dermawan alias kesalehan social. Tapi sebenarnya rentenir, lintah darat. Setiap lintah darat, mulai dari pengijon, bank titil sampai rentenir kelas global itu patrap dan modusnya sama: menjilat, mengikat, menjerat, menyekarat.

Proses kebohongan Dajjal akan terus melaju karena inginnya kebenaran itu tertutup total. Dr Khalid Basalamah, ustad kondang mengatakan, Dajjal itu arti harfiahnya menutup. Jika dijabarkan menutup kebenaran dengan kebatilan. Menutup hati manusia dari nur Ilahiyah.

Puncak kebohongan dan kepalsuan Dajjal pada saat dia memproklamasikan dirinya sebagai tuhan. Kebohongan yang merambah ke ranah ilahiyah itulah kebohongan terbesar. Untuk itu Allah menyelipkan Dajjal di antara pembohong terbesar.

Siapa pembohong terbesar itu? Jawabnya ada di Quran Surah Kahfi 1-10. Yaitu, mereka yang membengkokkan (memalsukan) kitab Allah. (ayat 1). Kitab suci adalah hak Allah. Siapapun yang memalsukan seluruh atau sebagian kitab suci berarti telah menganggap dirinya sejajar dengan Allah. Nglamak kepada Allah.

Termasuk pembohong terbesar adalah mereka yang menyatakan Allah mengambil seorang anak. Mereka menyatakan itu tanpa ilmu. Demikian pula nenek moyang mereka. Tapi mereka telah menjadikan kebohongan itu sebagai keyakinan. (Ayat 5).

Kebohongan yang dibawa Dajjal hanyalah bagian kecil dari fitnah (ujian dan cobaan) untuk umat manusia. Ternyata Covid-19 pun juga merupakan fitnah yang sangat besar umat manusia. Mungkin juga yang terbesar. Fitnah Covid-19 sebagai pertanda semakin dekat dimunculkan Dajjal, akan kita bahas di episode berikutnya. Insya Allah episode terakhir. Kita rehat dulu. Ngopi. Rabbi a’lam (Tuhan lebih tahu).(*)

Anwar Hudijono, kolumnis tinggal di Sidoarjo.