Opini  

Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan & Ekonomi Di Masa Pandemi

Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan & Ekonomi Di Masa Pandemi
MIKE NURWIDYANTI, S.Pi, MP

Ketahanan Ekonomi di Masa Pandemi

Pada tahun 2016, kontribusi UMKM dalam produk domestic bruto (PDB) cukup besar yaitu 53,3 persen dengan laju pertumbuhan PDB UMKM pada tahun yang sama adalah sebesar 5,5 persen. Jumlah unit usaha UMKM yang mencapai 99,9 persen atau sebesar 48,9 juta unit usaha pada tahun 2016 telah menyerap tenaga kerja UMKM sebanyak 85,4 juta pekerja.

Sementara itu, jumlah koperasi pada tahun 2016 telah mencapai 140 ribu unit yang tersebar di seluruh propinsi, dengan anggota sebanyak 28,6 juta orang.

Oleh karena itu pemberdayaan UMKM menjadi sangat penting dan akan secara langsung memajukan kesejahteraan sebagian rakyat Indonesia (Fatimah Tj, 2017)

Berbagai pembatasan yang harus dilakukan saat pandemi sangat terasa di sektor ekonomi terutama di sektor perdagangan dan distribusi. Selain itu banyak terjadi PHK di perusahaan-perusahaan besar. Kondisi ini semakin mempersulit daya beli masyarakat dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan domestik bruto Negara secara keseluruhan.

Namun Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk bertahan. Karena sebagian besar pendapatan Negara diperoleh dari perdagangan dalam negeri.

Selain itu pemerintah juga gencar melakukan kampanye beli produk local. Meski mengalami penurunan omzet yang besar namun sector informal (UMKM) masih bisa bertahan terutama di bidang kuliner. Berbagai usaha di bidang pamgan berkembang pesat, dengan menggunakan sistem pemasaran online.

Karena banyaknya pembatasan yang dilakukan memaksa masyarakat mengikuti standar kehidupan kenormalan yang baru. Kreativitas UMKM dalam mengolah bahan makanan telah memicu tumbuhnya bisnis baru yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga. Mengapa hal itu bisa terjadi ?

Pertama, secara umum potensi sumber pangan yang dimiliki Indonesia sebagai pilihan konsumsi masyarakat terbilang cukup banyak, yaitu ada 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah- rempahan dan bumbu-bumbuan, 40 jenis bahan minuman serta 1.260 jenis tanaman obat. Belum lagi sumber daya lautnya yang melimpah berupa ikan, udang, cumi-cumi dan biota laut lainnya.

Kedua, meskipun dalam kondisi WFH, social distancing maupun PSBB, berdiam diri di rumah bukan berarti tidak bisa produktif atau mendapatkan penghasilan. Berbagai olahan hasil pertanian yang mempunyai nilai jual bisa diproduksi dari rumah. Pemasaran dilakukan secara online dengan menyediakan layanan pesan antar.

Ketiga, banyak peluang usaha bisa diciptakan dan dilakukan dari rumah, sehingga kebutuhan tetap terpenuhi. Peluang tersebut antara lain bisnis bahan pangan organik, bisnis tanaman rempah dan obat-obatan, bisnis toko tani penyedia kebutuhan per tanian, bisnis kuliner, bisnis daging sapi, kambing maupun ayam kemasan, bisnis Gemarikan, dan sebagainya.

Keempat, kegiatan produktif tetap bisa dilakukan meskipun masih awam di dunia bisnis atau belum memiliki pengalaman berusaha. Yang penting tidak memerlukan budget atau modal yang besar. Biasanya menggunakan modal sendiri.

Kelima, menghasilkan barang-barang konsumsi sehari-hari dengan pemasaran online dan memanfaatkan SDM di lingkungan keluarga sendiri.

Keenam, bisa membuka toko online sendiri dengan sistem reseller, dropshipper atau distributor.

Beberapa upaya pemerintah untuk menyelamatkan usaha mikro juga telah dilakukan. Pemberian bantuan permodalan dalam bentuk uang tunai, memberikan subsidi kesejahteraan bagi korban PHK, pemberian bantuan pangan, relaksasi pembayaran kredit usaha, penyederhaan ijin usaha dan beberapa program lainnya diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan sebagai ujung tombak ketahan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat dan meningkatnya jumlah pengangguran yang berujung pada menurunnya daya beli masyarakat berperan besar pada melemahnya ketahanan ekonomi secara nasional. Jika pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama dengan baik dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan ketahanan ekonomi maka dampak negative pandemic akan bisa diminimalisir.

Pemanfaatan bantuan pemerintah yang tepat sasaran dan tujuan, peningktan kreativitas dan produktivitas di sector mikro, mempunya kekuatan yang besar untuk membangun ketahanan ekonomi bercorak kerakyatan yang diharapkan mampu mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan di masa pandemi.

Penciptaan Nilai Tambah Produk Olahan Hasil Pertanian

Berbagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama sector informal (UMKM) tentunya tidak lepas dari penciptaan nilai tambah bagi produk-produk olahan hasil pertanian. Ada dua jenis nilai tambah menurut BPS (2011) yaitu Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Nilai Tambah Netto (NTN). NTB dari suatu unit produksi dihitung dari nilai output bruto atas harga jual produsen dikurangi nilai input-antara atas dasar harga pasar. Karena itu NTB disebut juga sebagai nilai tambah atas harga pasar.

Berdasarkan pengertian nilai tambah diatas, maka dapat dipahami betapa pentingnya upaya penciptaan nilai tambah produk pertanian, selain untuk mendorong peningkatan pendapatan petani (melalui perbaikan harga) juga mendorong perkembangan ekonomi domestic secara keseluruhan. Di bidang pertanian, penciptaan nilai tambah banyak terjadi di sector tengah (bukan di tingkat hulu) dari sistem agribisnis, yaitu pengolahan hasil pertanian (agroindustri).

Hal ini disebabkan usaha di tingkat sector tengah lebih menguasai teknologi pencipta nilai tambah dan akses pasar dibanding usaha di tingkat hulu (petani atau nelayan)
BPS membuat klasifikasi industri pengolahan komoditas pertanian menjadi empat kelompok :1) indutri pengolahan hasil komoditas pangan;

2) industry pengolahan hasil komoditas hortikultura;

3) industry pengolahan hasil komoditas perkebunan;

4). Industri pengolahan hasil komoditas peternakan. Dari keempat kelompok tersebut, sektor perkebunan memberikan rataan NTB yang paling besar dibanding sektor lain (Kaniasari N., 2012)

Pengembangan industry olahan pangan di tingkat mikro, banyak dilakukan oleh pelaku UMKM. Hampir 60 persen ekonomi nasional disokong oleh kegiatan produksi dan perdagangan di level mikro. Menurut Fatimah Tj, 2017, UMKM memiliki beberapa potensi unggulan. Antara lain : a) sebagian besar usaha mereka menggunkan bahan baku local dan bersifat padat karya; 2) Modal kecil dengan waktu pengembalian (time lag) cepat; 3) mampu memaksimalkan sumber daya local karena dapat dilaksanakan di berbagai tempat sesuai dengan potensi daerah.

Namun demikian penciptaan nilai tambah hasil pertanian di tingkat mikro (UMKM) merupakan pekerjaan yang sangat besar dan rumit. Hal ini dikarenakan jumlahnya yang sangat besar (hampir 50 juta unit usaha), sebarannya yang luas dan tingkat penguasaan teknologi yang beragam.

Ditambah lagi dengan kualitas produk olahan hasil pertanian yang dihasilkan masih banyak yang belum bisa memenuhi standar kesehatan dan kelayakan jual dalam penampilan sehingga masih sulit masuk di pasar modern.

Berbagai upaya positif telah dilakukan pemerintah dalam rangka menyokong UMKM, khususnya di masa pandemic. Pemberian modal kerja berupa uang tunai, pelatihan capacity building khususnya untuk meningkatkan kualitas produk, perluasan jaringan pemasaran baik offline maupun online serta penyederhanaan proses ijin usaha diharapkan mampu mendorong UMKM untuk naik kelas dan bertumbuh secara signifikan.

Kesimpulan

Berkembangnya virus corona (Covid-19) di seluruh dunia telah mempengaruhi banyak sendi kehidupan tak terkecuali di sector pangan dan ekonomi. Bayang-bayang krisis pangan yang akan terjadi jika pandemic tidak segera teratasi telah diungkapkan oleh badan pangan dan pertanian dunia (FAO).

Hal ini juga dialami oleh Indonesia dimana terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi secara signikan sampai dengan kuartal III tahun ini dengan menurunnya daya beli masyarakat. Di sector pangan, perlambatan terjadi di tingkat produsen karena terbatasnya kemampuan untuk membeli sarana dan prasarana produksi, terbatasnya penguasaan teknologi dalam mengolah hasil pertanian dan pemasaran. Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku,untuk mengatasi semakin parahnya kondisi tersebut antara lain :

Meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Keluarga sebagai satu unit masyarakat yang paling sederhana memiliki peran penting dalam mewujudkan kemampuan ketahanan pangan. Tidak melakukan pembelian berlebihan, memanfaatkan lahan pekarangan untuk bercocok tanam, diversifikasi menu keluarga adalah beberapa hal sederhana yang jika dilakukan sebagai satu gerakan bersama maka akan berdampak positif pada ketahan pangan secara nasional.

Memperbaiki ketahanan ekonomi. Kontribusi sector mikro dan koperasi yang besar terhadap produk domestic bruto membutuhkan perhatian yang serius agar krisis ekonomi tidak semakin parah terjadi.

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program stimulus untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak kurang 600 triliun dana telah disiapkan agar sector mikro bisa bergerak dan bertahan karena kekuatan ekonomi kerakyatan berpengaruh signifikan pada kekuatan ekonomi Negara. Dengan begitu usaha mikro dan koperasi diharapkan bisa lebih produktif dan kreativ dalam berusaha menggerakkan ekonomi keluarga, tidak berpangkun tangan hanya menunggu bantuan.

Menciptakan nilai tambah produk olahan hasil pertanian. Sifat sebagian besar produk pertanian yang tidak bisa bertahan lama (mudah rusak) memerlukan kemampuan dan kreativitas pengolahan yang memadai agar dapat meningkatkan masa simpan, mempunya nilai tambah dan meningkatkan nilai jualnya. Meski hingga saat ini, petani sebagai produsen belum banyak menguasai teknologi pengolahan hasil,pertanian sehingga peran itu banyak dilakukan di sector tengah dalam hal ini usaha mikro. Pembinaan dan pendampingan penguasaan teknologi olahan hasil pertanian terus dilakukan oleh pemerintah sebagai fasilitator.

Kerjasama yang harmonis dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi krisis pangan dan ekonomi di masa pandemi mutlak diperlukan. Kesigapan pemerintah dalam menopang perekonomian nasional harus disambut dengan baik oleh masyarakat dalam bentuk peningkatan produktivitas, kreativitas dan kemampuan untuk mengelola ekonomi keluarga dengan bijak.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak lantas mempengaruhi semangat dan kemampuan masyrakat untuk bertahan dan bertumbuh sambil tetap memperhatikan kesehatan diri dan keluarga agar badai pandemic Covid-19 segera berakhir dan kehidupan bisa berjalan normal seperti sedia kala.

(Oleh : MIKE NURWIDYANTI, S.Pi, MP – Dosen Fakultas Pertanian Universitas Darul Ulum Jombang)