Dengan mengetahui informasi itu, maka PSSI mengetahui apakah kompetisi dapat diputar atau diselenggarakan normal dengan sistem home and away, atau tidak mengingat belum semua wilayah dapat menggelar event walaupun tanpa penonton.
Inilah saya katakan PSSI seperti kehilangan roh, pada saat mengelola dalam situasi dan kondisi darurat, belum mampu berpikir lebih profesional dan proporsional. Sehingga informasi ke masyarakat jelas. Bukan menyampaikan informasi baru sebatas kulit-kulitnya saja.
Permasalahan ini, bulan masalah sepele, tetapi membutuhkan kepastian hukum baik terhadap klub maupun sponsor, serta kepada semua mitra kerja bahwa PSSI sebagai “Bapak sepakbola di negeri ini” sudah memberikan informasi sangat komplit untuk pijakan mengambil kebijakan.
Ketiga, masalah timnas dengan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong. Paling tidak PSSI supaya dianggap federasi ini ada dan bergerak terus mengikuti perkembangan isu maupun situasi dan kondisi timnas. Sekurang-kurangnya menyampaikan kondisi pemain timnas di semua level, apakah selama dirumahkan kondisi pemain sudah terjaga dengan dipantau minimal kesehatan, gizi, dan cara menjaga kondisi dan skill.
Selain itu, sejak mana perkembangan pelatih Shin Tae-yong dengan menejemen timnas di semua level, apakah sama-sama diam atau ada program kelanjutan latihan dengan menitikberatkan selama latihan di rumah atau sekitar rumah apakah ada modul khusus atau pesan-pesan khusus untuk diberikan.
Apakah dokter timnas bekerja sama dengan dokter di sekitar rumah pemain rutin melakukan chek terhadap pemain timnas. Dan tidak kalah bahwa media Korea Selatan sudah memberitakan bahwa Shin Tae-yong merasa ada masalah dengan PSSI. Beberapa masalah sangat penting inilah, nampak sekali bahwa PSSI seperti kehilangan roh. Ada jasad PSSI tetapi belum memberikan kabar menggembirakan secara profesional.
Adalagi, tiba-tiba organisai sebesar PSSI, belum mampu memberikan jawaban mengenai situasi dan kondisi timnas, apalagi kepastian soal Shin Tae-yong menunjukkan Satuan Tugas (Satgas) timnas, dan mudah-mudahan bukan karena masa pendemi Covid-19, banyak membentuk Satgas, maka PSSI ikut-ikutan membentuk Satgas.
Tetapi membentuk Satgas karena mampu menutupi banyak kekurangan PSSI akhir-akhir ini, sehingga seperti kehilangan roh.
Artinya, PSSI dengan berbagai permasalahan ; mengenai PT LIB dan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 (masih mengambang dalam kelanjutan kompetisi), timnas di semua level ( belum ada informasi meyakinkan dan rekam jejak sejauh mana persiapan selama ini ), hubungan dengan pelatih Shin Tae-yong dan dikontrak untuk capaian target apa saja ( belum ada kejelasan dan itulah yang menjadi perseteruan akhir-akhir ini), maka situasi dan kondisi ini, justru PSSI lah dalam keadaan darurat nasional.
Belum lagi persiapan Piala Dunia U-20 tahun 2021, di atas kertas jika jadwal sesuai tinggal 10 bulan lagi? Kita tunggu dari daftar permasalahan di PSSI di atas, apakah mampu segera diselesaikan dengan profesional dan proporsional atau dibiarkan saja. (JT)