banner 728x90
Opini  

PSSI Seperti Kehilangan Roh

PSSI Seperti Kehilangan Roh
Djoko Tetuko

Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sejak menghentikan Kompetisi Liga 1 dan Kompetisi Liga 2 (ketika baru resmi dibuka di Balikpapan), seperti kehilangan roh dalam memenej sepakbola di tanah air. Data dan pekembangan klub-klub Liga 1 dan Liga 2, tidak pernah secara profesional disampaikan kepada publik sebagai pertanggungjawaban masalah pembinaan dan pemberdayaan pemain, setelah resmi menjadi bagian dari menejemen PSSI karena mengikuti kompetisi.

Kabar paling ramai di media ialah perseteruan dengan pelatih timnas asal Korea Selatan Indonesia, Shin Tae-yong, PSSI banyak melakukan blunder dengan tidak melaporkan perkembangan timnas maupun sang pelatih itu sendiri, sejak pandemi Covid-19. Malahan muncul pemberitaan kurang menguntungkan bagi sepakbola Indonesia.

Bahkan, Timnas dan Shin Tae-Yong, makin bias.  Kabar kurang sedap muncul ke pemukaan ketika hampir seluruh jajaran PT. Liga Indonesia Baru mundur, dalam tempo singkat dapat diselesaikan dan sudah memastikan nakhoda baru PT LIB.

Tapi sebagai organisasi olahraga paling merakyat dan paling dikenal melebihi kementerian, justru PSSI belum mampu memberikan informasi tentang sepakbola lebih produktif dan memberi harapan kepada rakyat Indonesia.

PSSI seperti kehilangan roh. Tidak memahami, tidak mengerti, bahkan belum mampu menyerap aspirasi dari berbagai unsur paling berkepentingan dalam urusan sepakbola.

Pertama, soal timnas PSSI hanya menyampaikan kepada publik jadwal penyelenggraaan beberapa event internasional, itupun dari pengurus PSSI, Plt Sekjen Yunus Yusi kadang dari Ketum Mohammad Iriawan, bukan soal perkembangan timnas dan bagimana situasi dan kondisi sekarang.

Tentu saja perencanaan penyampaian informasi yang profesional. Bagimana perkembangan pemain dengan pelatih, dan masih cukup banyak bahan informasi sekaligus memberi harapan kepada warga, apalagi hidup pada masa pandemi Covid-19.

Kedua, soal Kompetisi Liga 1 dan Liga 2, dalam kondisi masa pandemi Covid-19 belum memberikan kepastian secara menyeluruh di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, PSSI hanya mengabarkan bahwa kompetisi akan dilanjutkan. Dan inilah nampak sekali menejemen kurang profesional.

Semestinya sejak memutuskan kompetisi dilanjutkan harus sudah berpikir ke depan dengan berbagai kebijakan dan Informasi kepada masyarakat luas.

Dalam hal melanjutkan kompetisi Liga 1 dan Liga 2; paling tidak PSSI meminta data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 provinsi, kabupaten/kota mana saja sesuai dengan perkembangan penyebaran virus Corona masuk zona hijau, zona kuning, zona merah. Disertai peta wilayah dengan domisili klub maupun stadionnya.