Oleh : Dkoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)
KOTAPahlawan Surabaya sampai tulisan ini dibuat masih tercatat sebagai wilayah daerah tingkat II (kabupaten/kota) dengan jumlah kasus positif terinfeksi virus Corona tertinggi, juga dengan model penularan sangat unik bahkan ajaib.
Tidak hanya itu, cluster tertentu menerima serangan Covid-19 massal. Juga pelanggaran terhadap protokol kesehatan dalam penanganan pasien maupun upaya pencegahan.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) babak ketiga Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) sampai 8 Juni 2020, maka berbagai usaha optimal terus dilakukan termasuk melakukan langkah-langkah pembinaan pada setiap kampung untuk mampu mendiri menghadapi Covid-19.
Apalagi sekitar 100 kampung masuk zona merah, sehingga memerlukan model baru menjadikan kampung di Surabaya, bukan sekedar tangguh, tetapi kampung hebat, bermartabat, dan mandiri atau “Kampung Wani”.
Kampung tangguh, kampung wani, kampung hebat, kampung indah, kampung mandiri, ialah sebuah sebutan untuk kehidupan pada komunitas tertentu dengan memiliki nama, organisasi rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW), miliki peraturan lokal berkaitan dengan keamanan dan ketertiban.
Kampung wani lebih tepat sebagaimana teori ‘Small is Beautiful’, dengan penguatan komunikasi publik berperan aktif.
‘Small is Beautiful’, sebuah gagasan tentang Ilmu Ekonomi Yang Mementingkan Rakyat Kecil dikeluarkan oleh ekonom E.F. Schumacher.
Pada tahun 1973 dan dipopulerkan kembali akhir tahun 2013. Dimana disebutkan, “Ideologi suatu bangsa turut serta mempengaruhi sistem ekonomi yang akan berlaku dalam wilayah kedaulatan”
‘Small is Beautiful’ (kecil itu indah) dari buku E.F.Schumacher,1973, yang diterjemahkan S. Supomo, dengan penerbit LP3ES secara garis besar memberikan gambaran seperti Indonesia saat ini, baik Small is Beautiful’ dalam komunitas nasional bernegara dan bernegara maupun komunikasi kecil di keluarga maupun di kampung, desa atau kelurahan, sangat tepat .
Situasi dan kondisi Indonesia dengan menggunakan bahasa politik PSBB, guna menggantikan istilah karantina atau karantina kesehatan, menunjukkan gambaran bahwa roda ekonomi wilayah perkotaan terguncang. Sementara roda ekonomi daerah terjaga.
Kekuatan dan ketahanan ekonomi di daerah itu merupakan simbol dari “sistem ekonomi Pancasila”. Sehingga filosofi sistem ekonomi untuk membangun kesejahteraan dan kemakmuran tercapai.
Indonesia dalam kategori negara berkembang , telah menghadapi berbagai pilihan-pilihan untuk menentukan pembangunan infrastruktur yang tentunya merata serta pengembangan teknologi tepat guna. Sejak era Soeharto dengan Program Repelita hingga Pemerintahan era Reformasi, berbagai proyek telah digelintirkan untuk percepatan pembangunan demi tatanan ekonomi yang lebih baik.
Dewasa ini disiplin ekonomi mengalami perkembangan. Ekonomi tadinya berupa filsafat pemikiran menjadi sebuah cabang keilmuan yang bersifat semi sains. Ilmu ekonomi telah sangat diperlukan dalam suatu negara yang berorientasi industri. Salah satu bentuk penerapannya adalah Pendapatan Nasional Bruto yang menggambarkan tingkat pertumbuhan dan hubungannya dengan tingkat keberhasilan pemerintah, inflasi dan tingkat pengangguran digambarkan secara kuantitatif.
Pada tahun 1973, buku berjudul ‘Small is Beautiful’ sebuah gagasan tentang Ilmu Ekonomi Yang Mementingkan Rakyat Kecil dikeluarkan oleh ekonom E.F.Schumacher . buku ini memuat begitu banyak kontra dengan sistem ekonomi yang dipopulerkan oleh Adam Smith beserta tokoh turunannya-John M. Keynes.
Buku ‘Kecil Itu Indah’ berisi 4 bab pemikiran Schumacher . secara garis besar Schumacher membahas tentang kearifan yang hilang akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis; Eksplorasi sumber daya alam berlebihan akibat mengutamakan perkembangan teknologi secara cepat; sistem pendidikan yang tak bersinggungan lagi dengan unsur metafisika. Manusia, alam dan teknologi adalah tiga unsur dalam dinamika berfikirnya dituangkan dalam buku ini. Beliau memandang adanya kekeliruan-kekeliruan yang kenyataannya telah berlangsung hingga beberapa generasi.
Pada awal ulasan buku ini, mengutip sepatah kata Schumacher dalam buku ‘Kecil Itu Indah’ ;
“barangkali sia-sia mencari bukti sejarah bahwa si kaya selalu bersifat lebih damai daripada si melarat, tetapi dapat pula dikemukakan bahwa si kaya selalu merasa terancam oleh si miskin, bahwa keagresifan mereka berasal dari rasa takut”
Schumacher tidaklah sedang melontarkan kalimat sentimen kepada si kaya, inilah gambaran produk-produk pemikiran kapitalis dalam Dunia Modern, dimana antara modal dan produktivitas terselip ‘kerakusan’-sifat tidak puas dan ingin menguasai lebih dan lebih lagi dalam diri pribadi masing-masing.
Schumacher memaparkan tulisan dengan gaya argumentative. Dia membeberkan fakta-fakta bahwa eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam terbatas ,seperti bahan bakar fosil oleh pelaku industri telah membawa masalah besar bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Jumlah bahan bakar fosil bumi yang semakin sedikit membuat suatu negara ingin mencari
Schumacher membantah keyakinan para ahli ekonomi yang menyatakan bahwa ‘masalah produksi’ telah terpecahkan. Paradigma tersebut mengakibatkan meningkatnya konsumsi tanpa memperhatikan sumber daya yang ada, keyakinan itu ada karena kita belum dapat membedakan modal dan pendapatan. Sumber daya alam jika dijadikan ‘pendapatan’, tentu saja ini membuat manusia seenaknya mengeksplorasi Sumber daya alam terbatas untuk dijadikan alat produksi. Andaikata sumber daya dianggap sebagai ‘modal’, maka akan timbul sikap hemat dan lebih hati-hati menggunakannya.