Opini  

Surabaya Juara Corona, Bersama Pers Kuatkan Kampung Wani (7-habis)

Surabaya Juara Corona, Bersama Pers Kuatkan Kampung Wani (7-habis)
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Kekeliruan akan terlihat jika kita sadari bahwa kita sedang berhadapan dengan modal, bukan dengan pendapatan, bahwa bahan bakar fosil misalnya tidak dibuat oleh manusia, dan tidak bisa dipulihkan kembali. Walaupun muncul penelitian tentang energi alternative yang dikembangkan oleh beberapa ahli,seperti tenaga nuklir,namun hal ini justru menimbulkan masalah baru . tenaga nuklir masih beresiko tinggi dibanding manfaat yang dapat diberikan.

Hingga pada keyakinan modern tentang apa itu ‘perdamaian dan kelestarian’ masih saja keliru. Sulit menaruh keyakinan kepada generasi sekarang untuk memahami dengan normatif tentang dua hal tersebut. Keyakinan modern umumnya berpendapat bahwa perdamaian adalah kemakmuran yang merata di seluruh dunia. Namun kenyataannya kemakmuran itu hanya dapat dicapai dengan dasar filsafat materialistik. Seperti pendapat Keynes “bahwa yang baik itu buruk dan yang buruk itu baik-karena yang buruk berguna dan yang baik tidak berguna.sikap serakah, riba dan sikap hati-hati masih harus tetap menjadi dewa-dewa kita untuk jangka waktu yang cukup lama”. Hal ini telah jelas mengesampingkan etika. Apakah dikatakan perdamaian dan kelestarian itu benar-tanpa etika?.

Schumacher menilai perdamaian itu tidak dapat didirikan di atas landasan kemakmuran merata. Kemakmuran seperti itu hanya bisa dicapai dengan memupuk nafsu-nafsu serakah dan iri hati. kemakmuran suatu bangsa tidak serta merta dilihat dari angka Produk Nasional Kotor yang menutupinya. Ada hal buruk terjadi pada sekolompok masyarakat kecil umumnya tidak dapat dipaparkan oleh angka-angka tersebut. Buruknya pemikiran ekonomi Keynes dapat merusak tatanan hidup baik dari segi material dan non material.

Menurut Schumacher harus ada perubahan arah bagi ilmu dan teknologi dengan memasukkan kearifan ke dalam strukturnya. Perdamaian dan Kelestarian itu ada karena kita kembali pada kearifan. Kearifan memungkinkan kita melihat betapa meruginya manusia yang mementingkan tujuan material tanpa memerhatikan tujuan spiritual.sebagai contoh kehidupan ekonomi yang baik dari ‘ilmu ekonomi Buddha’ yang menjunjung tujuan spiritual ,hidup selaras dengan alam,kesederhanaan tanpa kekerasan dalam setiap keputusan-keputusan dan tindakan ekonomi.

Apa faktor yang melatari manusia hingga sejauh ini mengabaikan –baik disadari atau pun tidak disadari- kelestarian lingkungan? Menurut Schumacher ini ada dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan saat ini (era tahun 1970-an) mengabaikan kesadaran metafisik. Ilmu sains dan humanistic diajarkan tanpa memahami landas pikirannya,tanpa mengetahui arti dan kedudukan ilmu tersebut dalam alam pikiran manusia. ilmu dan teknis menghasilkan know-how (keterampilan) tetapi ini tidak berarti jika tanpa penyebaran nilai-nilai dalam pendidikan.Begitu pula dengan perkembangan ilmu ekonomi yang diajarkan tanpa pemahaman mengenai pandangan perihal sifat manusia.hal ini yang menyebabkan timbulnya kerakusan dan sifat merusak alam demi memenuhi hasrat konsumsi.

Selanjutnya schumacher memberi gagasan berupa solusi bahwa masalah sosial dan ekonomi menghendaki pengembangan teknologi madya. Teknologi madya adalah teknologi menengah bersifat sederhana dan ramah lingkungan yang mampu dijalankan oleh kaum miskin. Selain itu, Desa-desa juga diberikan bantuan baik secara kualitatif dan kuantitatif.

Di akhir buku Schumacher menuliskan bahwa hanya dengan landasan jenis kebijaksanaan yang berjiwa besar kita dapat mencapai justicia (keadilan) , fortitudo (ketabahan hati ) dan temperatia , yang berarti mengetahui bahwa orang harus berhenti mengejar kepentingan pribadi (egosentris) jika sudah cukup. keadilan berkaitan dengan kebenaran, ketabahan hati dengan kebaikan. Untuk melaksanakan hal itu kita tidak dapat mencari bimbingan dari ilmu dan teknologi, namun masih dapat ditemukan dalam ajaran-ajaran arif tradisional umat manusia.

Sebagai suatu apresiasi penulis,buku ‘Small is Beautiful’ dalam terjemahan indonesia ‘Kecil itu Indah’ karya E.F.Schumacher ini mengajak pembaca untuk merefleksi kembali hasil pemikiran-pemikiran sistem ekonomi kapitalis. Sangat sulit memang memasukkan nilai-nilai spiritual dalam lingkup ilmu ekonomi yang cenderung melihat variabel-variabel kuantitatif. Namun , kita tentu tidak melupakan ajaran-ajaran islam -saat ini berkembang khazanah ilmunya di bidang ekonomi- menjadi pedoman hidup kita. Allah Swt telah mencukupkan dan menyediakan sumber daya untuk dikelola manusia. Tetapi satu hal, kita diperintahkan sebagai khalifah di muka bumi,untuk berbuat kebajikan terhadap sesama ciptaan, bukanlah untuk berbuat kerusakan.

Kalimat akhir dari pesan teori ini, kesederhanaan dan kearifan memang haruslah ada dalam setiap cara berfikir manusia dalam memenuhi hasrat pribadinya. Meskipun hanya perkembangan-perkembangan kecil yang kita lakukan,jauh lebih damai dan menenangkan jika merasakan ketentraman bersama . Dan memang, ” Kecil itu Indah”

Kecil itu indah menjadi bacaan ketika menulis Thesis menyelesaikan tugas perkuliahan pada tahun 2003, juga menjadi penambahan kekayaan berpikir memperkuat analisis SWOT.

Dimana SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.

“Kampung Wani” gagasan dari Surabaya untuk dunia, ialah Small is Beautiful dengan SWOT analisis plus serta penguatan komunikasi publik melibatkan masyarakat pers akan menjadi model baru “kampung mandiri” sesuai dengan potensi lokal dan kearifan lokal.

Sebagaimana sudah menjadi program Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, seperti tertuang dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana).

Program desa tangguh bencana atau dikenal dengan sebutan singkat Destana, telah dimulai sejak 2012 dan menjadi program prioritas nasional. Program ini, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bencana.

Bagimana dengan penguatan kampung,
suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana daerah atau wilayah itu

Dati IV: nama alternatif untuk desa/kelurahan yang merupakan satuan pembagian administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan/mukim/distrik/banua (benua). Kampung sebagai sinonim dari istilah desa ini dipakai di Lampung (Kab. Lampung Tengah, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Mesuji, dan Way Kanan), Papua dan Kalimantan Timur (Berau dan Kutai Barat). Sebuah kampung dipimpin oleh seorang Kepala Kampung (Kamponghofd) sinonim dari Kades.

Dati V: nama alternatif untuk dusun/banjar/padukuhan/rukun kampung (RK)/anak kampung, yang semua itu merupakan bagian dari sebuah desa/kelurahan. Kampung sebagai sinonim dari dusun ini dipakai di Jawa, Nusa Tenggara Barat dan tempat-tempat tertentu.
Istilah kampungan juga sering digunakan untuk merujuk kepada sikap-sikap terbelakang, tidak tahu tata-krama dan sebagainya.

Litografi sebuah kampung di Jawa (1883-1889)
Ada kemungkinan kata kampung diambil dari bahasa Portugis; campo, tempat perkemahan.[1] Nama-nama daerah di Kamboja sering disebut kompong yang merupakan sebuah distrik seringkali juga dipakai sebagai nama provinsinya. Istilah kampung dalam bahasa Aceh disebut gampong dan dalam bahasa Minang disebut kampuang. Istilah kampung biasanya disingkat dengan Kp (di Indonesia) atau Kg (di Malaysia).

Istilah kampung begitu mendunia, juga sudah populer sejak jaman dahulu kala. Kini ketika Surabaya Juara Corona, karena begitu diberlakukan PSBB Surabaya Raya, kasus positif virus Corona meroket terus bahkan sempat memecahkan rekor nasional untuk kota dengan penambahan kasus 311 dan 34% OTG. Stempel Juara Corona itu, tentu saja jiwa kepahlawan Arek-arek Suroboyo akan menjawab dengan wani (berani). Dengan demikian dari upaya gotong royong bersama-sama melawan Corona, maka dibentuklah “Kampung Wani”, dan ke depan akan menjadi model baru kampung mandiri modern dengan filosofi “Kecil itu Indah” karena ada penguatan komunikasi publik melalui pengumuman Informasi kepada publik yang berkualitas juga terpercaya. Dan masyarakat pers menjadi bagian mengawal sampai mewujudkan dari kampung sampai pemerintahan tingkat nasional kesejahteraan dan kemakmuran terukur dengan baik.

Paling tidak selama masa pandemi Corona ini, mampu melakukan pengawasan dan penjagaan dalam upaya mencegah Covid-19 melaju tidak terbendung, menjadi virus Corona yang mudah ditaklukkan, dan semua itu melalui laporan setiap kampung untuk dikemas oleh Tim Khusus menjadi informasi publik dengan mengedepankan transparansi. Juga informasi berkualitas yang bertanggung jawab. (Jt)