“Menyadari akan ancaman bencana di sekitar kita, maka sudah sepatutnya kita melaksanakan penanggulangan bencana yang efektif sejak pada tahapan prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana. Dalam hal ini peran pemerintah daerah sangat diharapkan dapat menjawab permasalahan kebencanaan, “ tambah Farida.
Data BNPB mencatat bahwa bencana di Provinsi Maluku dari 2009 hingga 2018 berjumlah 121 kejadian. Akibat bencana tersebut, korban meninggal dunia dan hilang mencapai 124 orang, luka-luka 202 orang, dan mengungsi serta terdampak 39.411 orang. Korban meninggal tersebut didominasi karena peristiwa banjir dan longsor, atau kategori bencana hidrometeorologi. Sedangkan dampak rumah, sejumlah 1.877 rumah rusak berat, 677 rusak sedang, dan 1.481 rusak ringan.
Dalam tahun anggaran 2019 ini, BPBD Provinsi Maluku memberikan pendampingan kepada 4 kabupaten/kota dalam rangka menyambut Hari Kesiapsiagaan Bencana, yaitu Kabupaten Buru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Dengan total sasaran 1.600 orang dari murid dan komunitas perempuan.
“Khusus untuk Kabupaten Maluku Tengah, dua tahun berturut-turut ini, kami melakukan pendampingan berupa edukasi bencana dan pelatihan evakuasi mandiri,” tambah Farida.
Tahun 2018 silam peningkatan kapasitas kesiapsiagaan dilaksanakan di Pulau Seram, dan tahun 2019 ini wilayah Maluku Tengah, yang ada di Pulau Ambon. “Yaitu bertempat di Desa Hatu, Seith, dan Hila. Tentunya kami berharap ada keseriusan dari pemerintah kabupaten dalam edukasi bencana di daerah masing-masing,” ucap Farida pada acara deklarasi yang dihadiri oleh Kepala Daerah Maluku Tengah, Buru, dan Seram bagian Barat.
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana, Provinsi Maluku dapat juga dikatakan sebagai laboratorium bencana karena terdapat 12 jenis ancaman bencana yang berpotensi terjadi di Provinsi Maluku, yakni banjir, banjir bandang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca ekstrim, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, serta kegagalan teknologi.
Deklarasi yang dihadiri relawan dan murid sekolah serta perwakilan masyarakat ini bertujuan untuk mewujudkan budaya ramah terhadap lingkungan dan membangun kesiapsiagaan diri, keluarga dan komunitas. (wt)