ANAK muda zaman now, oleh banyak kalangan disebut generasi millennial. Sisi positifnya, generasi ini dikenal kreatif, aktif, inovativ, gigih, dan sebagai generasi penyuka tantangan pekerjaan di era modern.
Dalam urusan politik, besar minat yang tumbuh dari generasi kaum muda. Fenomena itu tergambar dalam helatan Pemilihan Legislative (Pileg) April 2019. Semua parpol, termasuk yang tidak popular sekalipun, menjaring dan memberikan kesempatan bagi millennial yang dianggap mumpuni. Kaum muda ibarat investasi besar yang bisa mendulang suara pemilih untuk partai. Ideologi politik yang menarik bagi kaum muda yang dulunya dianggap sebagai ‘pinggiran’ kepercayaan sudah menjadi mainstream. Sehingga, advokasi untuk pengarusutamaan pemuda dapat memungkinkan mengubah dunia dengan menciptakan kesadaran, peluang, kebijakan, sistem dan budaya baru yang mendorong keterlibatan kaum muda dalam partai politik.
Abdul Karim Aljufri (AKA), satu di antara banyaknya kaum muda yang mendapat kepercayaan untuk menuangkan kemampuannya berkompetisi di pemilihan legislative (pileg). Dia menjadi calon legislative (caleg) nomor urut 2 dari Partai Gerindra untuk DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, Dapil Donggala-Sigi.
Sebagai anak muda, AKA merasa telah banyak belajar tentang sistem politik, tindakan politik, masalah politik, dan realitas lain di dalam dan di sekitar sistem politik. Dia juga dapat melakukan kegiatan yang berorientasi pada tindakan pembelajaran yang memungkinkan untuk mendapatkan kredit atas keterlibatannya dalam berpolitik.
Di Partai Gerindra, AKA telah banyak menyimak dan belajar keterampilan politik, termasuk komunikasi, pemecahan masalah, manajemen perubahan dan keterampilan penyelesaian konflik. Ini juga berarti berpartisipasi dalam kegiatan berbagi pengetahuan yang dirancang untuk membangun kapasitasnya untuk tindakan yang kuat.
Sebagai kader muda, dalam struktur kepengurusan DPP Partai Gerindra, AKA menjabat Ketua DPP Bidang Olahraga dan Koordinator Regional Sulawesi DPP Partai Gerindra. Selain itu, tercatat sebagai Sekretaris Pengprov IPSI DKI Jakarta 2015-2019, dan Binpres PB IPSI periode sekarang. Atas kemampuannya, AKA mendapat dorongan dan kepercayaan untuk mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.
Pertanyaannya, apa yang ditawarkan anak muda yang pernah berprestasi di tingkat dunia ini untuk warga masyarakat ‘grassroots’ khususnya di Dapil Donggala-Sigi ? Salah satunya, bangun kampung bangun Indonesia. Bangun kampung bangun Indonesia, mengedepankan perspektif anak-anak muda masa kini yang kebanyakan telah merasakan hidup di dua ‘dunia’ berbeda, yakni kampung dan kota. Di kota itulah, seleksi alam berlaku.
Bangun kampung bangun Indonesia dapat dipahami lewat beribu tafsir, sarat makna. Bisa juga balada tanpa kata yang menampilkan potret buram tanah air yang namanya kampung dengan rakyat dan masyarakatnya yang hidup dengan perasaan tersayat akibat sering dipinggirkan dari derap langkah pembangunan.
Berikut petikan bincang ringan AKA bersama wartawan Koran Transparansi (wartatransparansi.com) yang baru-baru ini bertemu di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Apa yang mendorong Anda nyaleg di DPRD Provinsi Sulawesi Tengah ?
Sebenarnya berangkat dari sebuah rasa memiliki. Saya menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja di Palu, Sulteng. Saya SD dan SMP di Alkhairaat Pusat Palu. Juga sempat setahun di SMU Negeri 6 Palu. Kemudian, saya meninggalkan Palu menuju Jakarta, karena keinginan untuk menjadi atlet nasional.
Hampir 20 tahun saya di Jakarta. Kini, sebuah kebanggaan saya bisa kembali ke sini (Palu) untuk bisa berbuat yang terbaik di daerah yang sudah saya anggap sebagai kampung sendiri. Bagi saya, inilah waktunya untuk membangun daerah sendiri. Saya ingin daerah ini maju dan berkembang. Prinsipnya, dengan bangun kampung bangun Indonesia.
Apa yang Anda tawarkan ?
Sebagai mantan atlet, sepertinya tidak muluk-muluk kalau saya ingin olahraga di daerah ini menjadi lebih maju, dan atletnya bisa lebih banyak lagi mewakili Indonesia di event internasional. Tapi, saya sadar bahwa untuk bisa melakukan itu, butuh dana yagn tidak sedikit. Semangat saja tidak cukup untuk menjadi juara. Pun butuh keterlibatan dan atau sokongan dari banyak pihak, termasuk pendanaan itu sendiri. Untuk itu, dengan jaringan pusat yagn kuat, tentu saya bisa menawarkan dan membantu lebih besar lagi.
Selain olahraga, saya juga punya keinginan yang kuat untuk membuat sentra-sentra perkebunan, sehingga bisa menambah/ menaikkan ekonomi masyarakat. Jadi, bukan semata olahraga yang maju, tetapi juga derap pembangunan di Sulawesi Tengah.
Setelah bencana melanda Pasigala, solusi apa yang Anda tawarkan sehingga perekonomian masyarakat bisa tumbuh dan normal lagi ?