Melawan pendudukan buat dia bukan hanya hak, tapi juga kewajiban nasional yang telah ia pelajari dari ibunya sebelum yang lain, tak peduli berapapun harga yang mereka berdua harus bayar.
Ketika Kamel Khatib dibebaskan dari penjara pada Kamis, setelah penundaan selama beberapa jam, ia bergegas untuk pergi ke Rumah Sakit Al-Ittihad di Nablus, tempat ibunya yang menderita sakit kronis berada dalam koma.
“Pembebasan saya ditunda beberapa jam, sebab mereka (Dinas Penjara Israel) terus mengubah tempat bagi pembebasan saya sekalipun mereka sangat mengetahui bahwa ibu saya menderita sakit parah dan ia berada pada saat-saat terakhirnya di ruang perawatan intensif. Mereka cuma mau merusak pertemuan saya dengan ibu saya,” kata Kamel Khatib kepada koresponden WAFA –yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ada kepahitan dalam nada suaranya sebab ia dihalangi menghabiskan waktu yang berharga bersama ibunya.
“Saya sampai di rumah sakit beberapa jam kemudian. Saya mencium kepalanya dan menggenggam tangannya. Ia koma, tapi saya bisa merasakan tekanan jarinya di tangan saya dan membuka satu matanya lalu menutupnya lagi,” kata Kamel Khatib.(ant)