Potret 108 Tahun, Sekolah Rintisan KH Mas Mansyur

Potret 108 Tahun, Sekolah Rintisan KH Mas Mansyur

Mas Mansyur atau lebih populer dengan sebutan KH Mas Mansyur ialah seorang pejuang muda pada masa penjajahan. Lulusan Universitas Al Azhar ini, selain aktif dalam organisasi Muhammadiyah, juga banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang berbobot sebagai sarana dakwah dan perjuangan.

Bahkan pikiran-pikiran pembaharuan KH Mas Mansyur ketika itu sudah dipublikasikan
“Soeara Santri”. Majalah perjuangan yang diterbitkannya dan digemari masyarakat. Juga “Djinem” merupakan majalah kedua yang pernah diterbitkan oleh Mas Mansyur. Majalah ini terbit dua kali sebulan dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab.

Kedua majalah tersebut merupakan sarana untuk menuangkan pikiran-pikirannya dan mengajak para pemuda melatih mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan. Melalui majalah itu Mas Mansyur mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan kemusyrikan dan kekolotan. Mas Mansyur juga pernah menjadi redaktur penerbitan “Kawan Kita” di Surabaya.

Tulisan-tulisan Mas Mansyur pernah dimuat di Siaran dan Kentoengan di Surabaya; Penagandjoer dan Islam Bergerak di Jogjakarta; Pandji Islam dan Pedoman Masyarakat di Medan dan Adil di Solo. Di samping melalui majalah-majalah, Mas Mansyur juga menuliskan ide dan gagasannya dalam bentuk buku, antara lain yaitu Hadits Nabawijah; Sjarat Sjahnja Nikah; Risalah Tauhid dan Sjirik; dan Adab al-Bahts wa al-Munadlarah.

Kiai Haji Mas Mansyur  (lahir di Surabaya, 25 Juni 1896 – meninggal di Surabaja, 25 April 1946 pada umur 49 tahun) adalah seorang tokoh Islam dan pahlawan nasional Indonesia. Jika Mas Mansyur masih hidup di masa kini, maka besok 25 Juni 2020 berusia 124 tahun. Dan sudah pasti akan menulis panjang lebar “Covid-19 dan Politik Hitam Putih”.

Sekedar mengingat perjuangan KH Mas Mansyur, bertepatan dengan kelahirannya, sekedar memotret sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Islam (madrasah), yang dirintis pada masa perjuangan tempo dulu. Berikut ini wawancara ringan WartaTransparansi.com  dengan Muchammad Iqbal Qurusy, Wakil Ketua Yayasan KH. Mas Mansyur. (MIQ), Rabu 24 Juni 2020.

Asalamu’alikum mas Iqbal, apa kabar ?

Wassalamu’alikum warakhmatullohi wabarokatuh, alhamdulilah pak Djoko, kabar baik semoga bapak juga baik.

Mengapa tertarik mengurusi Yayasan KH Mas Mansyur ?

Wah ceritanya panjang, tetapi bahwa karena senang dunia pendidikan dan konsentrasi pada masalah sekolah, walaupun hanya TK dan SD, saya merasa senang dan gembira. Karena bisa membantu anak-anak sekolah dengan baik.

Bagaimana sesungguhnya potret Yayasan KH Mas Mansyur ?

Yayasan KH Mas Mansyur membawahi masjid Taqwa dan lembaga pendidikan TK sama SD Islam Mufidah, sekolah ini telah berdiri menurut data yang kami miliki sebagai pengurus yayasan bahwa dulu namanya “madrasah” (sekolah) sudah berdiri sejak tahun 1912, di daerah sekitar daerah Ampel tepatnya di Kalimas Udik 1 C no 1 Surabaya, tempat ini menjadi sejarah saksi perjuangan pendidikan dan dakwah KH.Mas Mansyur, bahkan bangunan lama peninggalan KH.Mas Mansyur yang terdiri atas 2 lantai, insyaAllah sampai sekarang masih asli sesuai dengan bangunan masa itu, model bangunan lantai 2 masih berupa papan kayu.

Setiap hari setelah shalat subuh untuk yang lantai 1, langsung bongkar pasang bangku-bangku sekolah untuk 3 ruang kelas sekolah dasar sampai sholat duhur murid berlangsung. Setelah sholat duhur, kemudian murid pulang, maka bangku-bangku ditata lagi untuk berfungsi sebagai Masjid dan digunakan sholat berjamaah sampai isyak.

Apakah bongkar pasang untuk masjid san sekokah dari jaman dulu ?

MIQ : Ya menurut cerita pengurus madrasah, dari dulu bongkar pasang ini rutin dilakukan setiap hari, mulai dari puluhan tahun lalu berjalan tanpa mengenal lelah. Ya inilah potret lembaga pendidikan yang dirintis pahlawan nasional KH Mas Mansyur.

Apakah bongkar pasang ini akan dipertahankan ?

Karena menghargai perjuangan KH Mas Mansyur, maka
siapa pun  yang mengurus sekolah dan masjid ini, dengan sisa 3 kelas serta kantor  guru di lantai 2 yang seminggu sekali juga bongkar pasang bangkunya, guna dipakai untuk sholat  Jum’at. Ya dengan niat berjuang, mau tidak mau dijalankan.