Opini  

SEA Games 2019,  Kenapa Indonesia Pasrah

Oleh : Abu Nuriya Maslahah

SEA Games 2019,  Kenapa Indonesia Pasrah
Foto : Menpora Zainudin Amali kerja extra keras menghadapi Sea Games 2019. Menpora seolah tiada hari tampa bertemu atlet. Zainudin Amali ketika memberikan motivasi kepada atlet panahan di Jakarta . (foto/dok/transparansi)

GILANG gemilang prestasi atlet Indonesia, ketika berhasil mengukir sejarah dengan tinta emas 24 karat setelah berhasil masuk  ’’4 besar’’ Asian Games di Jakarta dan Palembang 2018, dan menjadi pembicaraan internasional bahkan dunia bahwa Presiden Joko Widodo bersama Kabinet Indonesia Kerja mampu menyelenggarakan event bergengsi di kawasan Asia, walaupun sempat diragukan.

Saat berhasil menyebet 31 medali emas sekaligus kontingen Indonesia menempati posisi sangat terhormat, peringkat empat dengan total 98 medali.

Bahkan posisi ’’10 besar’’ pun hanya negera-negara langganan seperti raksasa China, Jepang dan Korea Selatan, yang sanggup bertahan juga bersaing di posisi teratas, negara lain yang tidak kalah hebat seperti Uzbekistan, Iran, Korea Utara, India, Taiwan, dan Kazakhstan masih di bawah kontingen merah putih. Kontingen negara Asean seperti Thailand hanya menduduki peringkat 12 dan Malaysia 14.

Tetapi semua itu, tiba-tiba seperti hilang ditelan jaman, ketika kontibgen SEA Games Indonesia 2019 pasrah terhadap keadaan dan tidak berbuat apa-apa, ketika kontingen Indonesia yang akan berlaga di SEA Games 2019, di Philipina, hanya mentargetkan masuk posisi yang sama dengan di Asian Games ’’4 besar’’. Memang lumbung medali emas Indonesia pada Asian Games 2019, berasal dari cabang olahraga pencak silat yang menyumbangkan 14 keping medali.

Sebagai gambaran perolehan medali 5 besar  (1) China:132-92-65=289  (2) Jepang 75-56-74=205 (3) Korsel : 49-58-70=177 (4)  Indonesia: 31-24-43=98  (5) Uzbekistan: 21-22-25=687

 

SEA Games 2019,  Kenapa Indonesia Pasrah

Lempar Handuk atau Stretagi

Lepas dari persiapan  kontingen SEA Games Indonesia 2019, hanya mampu mentargetkan 50 medali emas, dengan membidik posisi pada ’’4 besar’’ atau satu tingkat dari prestasi pada SEA Games 2 tahun lalu di Kuala Lumpur, maka prestasi atlet Indonesia berarti berjalan di tempat atau mandeg.

Bahkan bukan semakin melambung tinggi ke angkasa sebagaimana ketika mengukir prestasi pada Asian Games 2018 Bahkan terkesan lempar handuk dan hanya berpangku tangan pasrah pada prestasi apa adanya.

Padahal semestinya Menpora Zainudin Amali, justru berusaha memompa semangat atlet Indonesia dengan memberi harapan dan penghargaan supaya lebih mendorong mereka yang meraih medali perak meningkat ke medali emas.

Sebagai pandangan orang awam, pernyataan Menpora menurunkan target perolehan medali, semakin nampak bahwa pemerintah dengan Kabinet Indonesia Maju, tidak mendorong olahraga prestasi di kawasan Asean, SEA Games, lebih ditingkatkan sekaligus mengejar ketertinggalan dari negara-negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura dan tuan rumah Philipina.

Sebab di kawasan Asean, sesungguhnya atlet Indonesia masih di atas rata-rata, apabila mendapat perhatian khusus, baik pembinaan pada saat pelatihan atau pemusatan latihan maupun pemberian motivasi saat menjelang dan/atau pertandingan..

Sebab, sejak 20 tahun terakhir prestasi atlet Indonesia di mata dunia,cenderung menurun dan tidak mampu bersaing secara sehat di event internasional, bahkan bulu tangkis juga masih naik turun prestasinya. Terbukti sampai detik ini belum mampu membawa pulang Piala Sudriman sejak diperebutkan sebagai supremasi pertandingan antarnegara dengan formasi beregu dengan komposisi pemain campuran pria dan wanita.

Sedangkan andalan Indoensia yang sempat melambung seperti tenis, panahan, tinju amatir, bowling, atletik dan renang serta angkat besi/angkat berat, kadang berporestasi sesuai harapan, kadang jauh api dari panggang. Kadang menyala terang benderang, kadang redup