Kepasrahan Menpora Zainudin Amali, mudah-mudahan merupakan startegi tersembunyi bahwa kontingen Indonesia, ingin membuat kejutan dengan mempersembahkan medali emas melampoi dari target, bahkan akan mengagetkan kontingen nagera lain yang selama ini masih meremehkan, karena kondisi perpolitikan di Indoensia, bukan rahasia umum, sudah terbaca dalam hal prestasi olahraga.
Dengan kata lain, bahwa kebijakan pemerintah dalam hal ini Menpora sangat menentukan, apakah prestasi Indonesia memang hanya pasrah, atau mampu membuat kejutan.
Sebagai catatan bahwa SEA Games 2017, kontigen Indonesia gagal mencapai target karena berbagai pertimbangan teknis maupun nonteknis. Tetapi setelah diberikan semangat pantang menyerah, dan mengembalikan marwah prestasi Indonesia di mata dunia, pada penyelenggaraan Asian Games 2018, terbukti mampu mempersembahkan hadiah luar biasa bagi bangsa dan negara Indonesia.
Sekedar mengingatkan bahwa capaian pada SEA Games dengan posisi kelima, merupakan prestasi sangat memalukan dan tidak boleh terulang sepanjang perrgelaran SEA Games.
Oleh karena itu, pada SEA Games 2019, di Philipina, Indonesia dengan mengikuti 418 nomor pertandingan dari 51 cabang olahraga (cabor) dan 65 disiplin yang dipertandingkan di SEA Games 2019, harus melakukan perubahan target jauh lebih membanggakan daripada sekedar menduduki peringkat keempat.
Sebab, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar dan potensi prestasi olahraga tidak kalah hebat dengan negara tetangga, maka minimal runner-up adalah prestasi yang tidak membanggakan.
Gaya Menpora Zainudin Amali memang penuh dengan teka-teki, sebab alasan tidak memasang target tinggi, karena kontingen Indonesia banyak atlet muda dengan prosentase 60 oersen, sedangkan atlet senior 40 persen. Komposisi atlet sekaligus untuk meremajaan ini, dibutuhkan kehati-hatian untuk menjaga semangat dan terus memotivasi.
Namun, dengan tegas Menpora sebagai wakil pemerintah menyatakan tidak akan menyalahkan apabila gagal. Tetapi akan memberi hukuman bagi cabor yang sudah jelas-jelas mendapat target tetapi mampu memberi medali emas untuk kontingen merah putih.
SEA Gsmes 2017, Malaysia keluar sebagai juara umum dengan perolehan 145 emas, 92 perak, dan 86 perunggu. Sementara urutan kedua ditempati, Thailand dengan 72 emas, 86 perak, dan 88 perunggu. Vietnam sendiri harus puas di urutan ketiga dengan 58 emas, 50 perak, 60 perunggu.
Menyusul di urutan keempat, Singapura dengan 57 emas, 58 perak, dan 73 perunggu. Sementara itu, kontingen Indonesia hanya mampu berada di urutan kelima. Atlet-atlet Merah Putih hanya mampu membawa pulang 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Bagi Indonesia, prestasi olahraga dari tahun ke tahun menjadi kebanggaan hampir seluruh warga negara Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai budaya sangat membanggakan prestasi olahraga anak-anak bangsa. Dan harapan itu di pundak Menpora Zainudin Amali.
Salah satu kejutan yang sangat diharapkan cabor sepakbola berhasil meraih medali emas, dan perolehan medali emas, perak maupun perunggu melebihi dari target serta mengejutkan kontingen negara lain. Dan jika itu terjadi, maka inilah moment kebangkitan olahraga Indonesia dari kawasan Asean menuju prestasi dunia. (*)