Oleh : Dra. Lailatul Amanah, M.Si, Ak, CA (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya)
Altruisme adalah tindakan yang dilakukan untuk orang lain tanpa memandang keuntungan untuk dirinya sediri. Myers, 1996 mengatakan bahwa altruisme adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Perilaku altruistik didorong adanya kondisi lingkungan yang mendorong seseorang melakukan tindakan untuk orang lain tanpa pamrih.
Menurut Auguste Comte sebagaimana disitir Mustofa menyatakan bahwa setiap individu memiliki kehendak moral untuk melayani kepentingan orang lain atau melakukan kebaikan kemanusiaan tertinggi Greater good of humanity).
Dalam islam sikap altruis ini telah diajarkan Nabi Muhammad S.A.W dimana Nabi Muhammad mempersaudarakan sahabat Muhajirin (Orang-orang yang berhijrah) dan sahabat Anshor (orang-orang yang menolong), pada saat peristiwa hijrah.
Penduduk Madinah yang merupakan sahabat Anshor dengan sukarela memberikan hartanya kepada sahabat muhajirin bahkan sampai ada yang menawarkan istrinya untuk decereikan dan diberikan kepada saudaranya kaum Muhajirin.
Begitu indahnya persahabatan kedua kaum itu sebagaimana Allah S.W.T menggambarkan dalam Surat Al Hasyir, 9 yang artinya “Dan orang-orang (Anshor) yang menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan kaum Muhajirin mereka mencintai orang-orang yang hijrah ke tempat mereka.
Dan dia tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang telah diberikan kepada mereka (kaum Muhajirin), dan mereka mengutamakan saudaranya (kaum Muhajirin) atas dirinya sendiri meskipun mereka juga membutuhkan.
Dan siapa yang dijaga Allah dari kekikiran maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Suatu cerita yang menarik yang menggambarkan bagaimana sifat altruisme yang dimiliki para sahabat Nabi, sebagaimana ditulis oleh Ibnu Jarir dalam tafsir At-Thabary “Suatu ketika Rosululllah kedatangan seorang tamu dan di rumah Rosulullah sedang tidak tersedia makanan untuk menjamu, lalu Rosul bertanya kepada para sahabat “Siapakah kiranya yang sudi menjamu tamuku ini?,
kemudian ada sahabat dari kalangan Anshor yaitu Abi Thalhah menyatakan kesediaannya, lalu Abi Thalhah mengajak tamu Rosulullah ke rumahnya padahal waktu itu juga tidak memiliki persediaan makanan yang cukup, yang ada hanya persediaan makan untuk anak-anaknya.
Untuk mensisiatinya , Thalhah memerintahkan kepada istrinya untuk mengajak anaknya untuk bermain-main dan ketika mereka minta makan malam, maka mereka diajak tidur. Ketika tamu tadi masuk ruang makan, Thalhah memerintahkan isterinya untuk mematikan lampunya agar sang tamu tidak melihat kalau sebenarnya makanan yag tersedia hanya untuk sang tamu tadi, Thalhah dan isterinya menyertainya diruang tamu, seolah-olah sedang ikut makan.
Mereka duduk bersama, sementara tamu sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Ketika pagi datang Thalhah dan isterinya menemui Rasulullah, kemudian Beliau memberitahukan pujian Allah SWT, kepada mereka.
” Sungguh Allah kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian)” (HR. Muttafaq alaih). Kisah diatas merupakan sikap altruis yang dicontohkan oleh sebagian sahabat Rusulullah.