“Kanjeng Nabi memperingati tanggal lahirnya?”, katanya, Memperingati, karena setiap hari Senin puasa
Waktu itu ditanya shohabat? Dijawab Nabi bahwa kalau hari Senin puasa, karena lahir hari Senin
“Nek isok dicontoh ditiru? Bisa ditiru setiap hari lahir puasa,” harap Ahmad Muhammad kepada para jamaah masjid.
Sedangkan Kamis puasa, karena hari laporan para malaikat ke Gusti Alloh, “Aku senang saat dilaporkan ke Gusti Alloh dalam keadaan puasa,” tandasnya nenirukan sabda kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kalau bisa meniru hobbi kanjeng Nabi, senang kepada kanjeng Nabi, maka dalam kehidupan sehari-hari diusahakan mencontoh atau meniru akhlak kanjeng Nabi
“Shumu Tasihu (puasa menjadikan tubuh kita jadi sehat). Maka berniat puasa meneladani kanjeng Nabi, dan berusaha menjaga kesehatan,” tuturnya.
Dijelaskan, puasa yang benar bagaimana? Imsyak (menahan hawa nafsu) menahan diri untuk mengalahkan hawa nafsu. Sehingga dengan puasa, tidak mudah marah, tidak mudah berbohong, menahan hawa nafsu, manahan tidak mengunjing, juga jujur.
Memberi penjelasan soal qosidah Al banjari Anak-Anak Santri Masjid Al Hiddayah, Ahmad Muhammad, mengambil fatwa Imam Ghozali bahwa hal itu mubah (boleh) karena kalau bisa sambung seperti dzikir, maka itu juga bagian dari ibadah.
Dengan memberikan gambaran fatwa beberapa ulama, termasuk masalah terbangan atau qosidab, menurut dia, tidak mudah menyalahkan pendapat orang lain “Artinya, baca sholawat menabuh terbang alhamdulillah manut Imam Ghozali,” tandasnya.
Sedangkan tentang peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kapan mulai muludan? Menurut Ahmad Muhammad, sejak Kerajaan Daulat Bani Fatimiyah di Kairo Mesir,
“Ada keterangan baru lagi; pertama kali kelompok orang-orang Syiah memberikan kerajaan dengan nama putri Rasulullah, tetapi bukan karena keturunan dari Fatimah. “Waktu itu, Raja Imam Muchdlor dan senang membagi hadiah saat memperingati Maulid Nabi,” tuturnya.
Tetapi jangan membesarkan nasab, karena semua orang itu sama saja di hadapan Alloh, yang membedakan di antara mereka cuma satu, taqwalloh “inna akromakum indallohi atqokum” (sesunggunya yang paling mulia di antara kanu di sisi Allah adalah orang yang beratqwa).
Karena Imam Syafi’i di Indonesia banyak menjadi panutan, “termasuk kulo kale njenengan (saya dengan semua jamaah).” katanya. “Terbukti sudah dibuktikan dengan kegiatan muludan yang dicontohkan kiai-kiai,” tandas Ahmad Muhammad.
Seraya menukil fatwa Imam Syafi’i, yaitu; hakikat seorang pemuda adalah ilmu dan taqwa. Seseorang tidak dapat dianggap sebagai pemuda sejati jika tidak memiliki kedua hal tersebut, bahkan ia menganjurkan untuk bertakbir empat kali (sebagai shalat jenazah) bagi pemuda yang tidak belajar, dan menekankan pentingnya kesabaran serta ketekunan dalam menuntut ilmu. “Pemuda yang tidak bertaqwa dan berilmu seperti bangkai yang berjalan”. (ria/jt)