Oleh : Djoko Tetuko
Ketika memasuki bulan Robiul Awal, pada tahun 2025 ini tanggal 5 September, bertepatan dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW), 12 Robiul Awal 1447 Hijriyah, penulis selalu menyebut sebagai “Hari Akhlak Mulia Abadi se Dunia”.
Mengapa? Memang belum ada kepastian hukum menyebut sebagai “Hari Akhlak Mulia Abadi atau Budi Pekerti Mulia Abadi se Dunia”. Karena belum mendapat Surat Keputusan atau peraturan atau instruksi dari lembaga populer di dunia di bawah PBB atau dikeluarkan secara khusus pemerintah dan negara atau kerajaan. Tertinggi ketika jaman Kerajaan Daulat Fatimiyah di Kairo Mesir, Raja Imam Muchdlor merayakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan membaca sholawat serta membagi-bagi hadiah.
Tetapi, sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad adalah sebuah perubahan besar iklim pencerahan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, berkomunikasi, dan berbaur antar berbagai bangsa, berbagai suku, berbagai kepentingan, dalam satu irama suci bernama “Akhlakul Karimah” dalam orkestra seluruh alam semesta. Damai sejahtera. Jika meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW.
Sehingga akhlakul karimah (akhlak mulia atau budi pekerti mulia) menjadi tonggak sejarah ajaran baru bahwa Nabi Muhammad sejak diutus sebagai rasul terakhir dan nabi penutup, menyempurnakan akhlak manusia mencapai derajat akhlak mulia (budi pekerti mulia). Mengapa abadi? Abadi karena sudah dikuatkan dengan ayat pada Al Qur’an bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) mengutus nabi akhir jaman untuk rahmat bagi seluruh alam. Inilah sesungguhnya hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Hari Budi Pekerti Mulia Abadi se Dunia.
Menurut sejarah, abadi berarti bahwa suatu peristiwa telah terjadi dan tidak dapat diubah lagi oleh siapa pun serta akan tetap dikenang dan menjadi ingatan kolektif sepanjang masa. Meskipun peringatannya dilakukan setiap tahun, peristiwa utamanya hanya terjadi satu kali dan tidak akan terulang persis sama di masa depan. Itulah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Abadi adalah sebuah kata sifat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti kekal, tanpa akhir, atau tidak berujung. Kata ini bisa merujuk pada keberadaan tanpa awal dan tanpa akhir, peristiwa yang tak berubah dan tetap dikenang, atau kondisi yang terus-menerus berlangsung.
Dalam konteks peristiwa sejarah, “abadi” berarti peristiwa tersebut tidak berubah dan tetap dikenang sepanjang masa. Sesuatu yang terus ada dan berlangsung tanpa henti juga dapat disebut abadi.
Akhlak sebagai pijakan awal perintah adalah segala bentuk tingkah laku, budi pekerti, dan sifat terpuji yang bersumber dari nilai-nilai Islam dan menjadi cerminan keimanan seseorang, baik dalam hubungan dengan Allah SWT, sesama manusia, maupun alam semesta. Secara harfiah, “akhlak” berarti perangai atau budi pekerti, sedangkan “karimah” berarti mulia atau baik.
Sebagai sabda Nabi Muhammad SAW pada
hadits *“Innama buistu liutammima makarimal akhlak”* (“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”). Hadits ini menekankan bahwa tujuan utama kenabian Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan dan mengangkat nilai-nilai moral serta etika mulia pada manusia.
Nabi Muhammad adalah menjadi teladan dalam akhlak, membawa ajaran Islam untuk membentuk karakter manusia yang luhur. Akhlak yang mulia, yang mencakup sifat-sifat seperti kesabaran, rasa syukur, keberanian, dan sopan santun, menjadi inti dari ajaran Islam dan tujuan pengutusan Nabi. Dan hari ini adalah “Hari Budi Pekerti Mulai (abadi) se Dunia”
Keutamaan Akhlak dalam “Makarim al-Akhlak” merujuk pada keutamaan-keutamaan akhlak yang khusus dan unggul. Keterangan tambahan hadits ini diriwayatkan oleh beberapa ulama, di antaranya adalah Al-Baihaqi dari Abu Hurairah.
Relevansi memahami hadits ini penting untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan akhlak mulia sebagai salah satu pilar utama dalam kehidupan seorang Muslim
Sebagai penguatan “Hari Budi Pekerti Mulai (abadi) se Dunia”, ayat Al Qur’an surat Al Ambiya 107, “Wa ma arsalnaka illa raḥmatal lil-‘alamin” bahwa Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW bukan untuk membinasakan atau mendatangkan kesulitan, melainkan sebagai rahmat (anugerah, kasih sayang, kedamaian) bagi seluruh alam semesta, termasuk manusia, jin, hewan, dan tumbuhan. Rahmat ini berlaku bagi orang yang beriman, membawa kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat, serta bagi orang kafir yang akan selamat dari kehancuran dan bencana yang menimpa umat-umat terdahulu.
Bahkan, makna “Rahmat” bagi seluruh alam
kasih sayang yang universal: Nabi Muhammad SAW membawa ajaran yang mencakup kasih sayang, perdamaian, dan kebijaksanaan yang berlaku untuk seluruh alam, bukan hanya untuk satu golongan tertentu.
Sehingga kehadiran Nabi Muhammad SAW memberikan pencerahan kepada dunia yang lalai, mengajarkan perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, serta menunjukkan jalan keselamatan. Tidak hanya itu, bagi orang yang mengingkarinya, Nabi Muhammad juga adalah rahmat karena mereka terhindar dari siksa, kehancuran, dan bala bencana yang menimpa umat-umat terdahulu karena kekafiran mereka.
Kembali kepada akhlak, Budi pekerti, dan adab.
Sebagaimana diketahui adab adalah norma kesopanan dan perilaku terpuji yang mencakup kehalusan budi pekerti, keramahan, dan ketepatan dalam bersikap, yang didasarkan pada aturan agama, khususnya Islam, serta dapat juga dipelajari dan dibentuk melalui pendidikan dan kebiasaan. Adab adalah kemampuan untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan penuh penghormatan terhadap martabat pribadi, dan bertujuan untuk menciptakan keharmonisan sosial serta meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.
Asal-usul makna “adab” berasal dari bahasa Arab “addaba,” yang berarti mendidik atau pendidikan. Dalam perkembangannya, adab merujuk pada kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang baik.
Keterkaitan dengan Agama: Adab dalam Islam adalah norma atau aturan sopan santun yang didasarkan pada aturan agama, dimana orang beradab adalah orang yang mengetahui dan menjalankan aturan tersebut.
Sedangkan aspek-aspek adab pada pendidikan dan pembelajaran, Adab adalah sesuatu yang dapat dipelajari dan dibentuk melalui proses pembelajaran dan pendidikan. Hal ini termasuk dalam menunjukkan rasa hormat, kesopanan, dan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana perilaku sosial, maka adab berperan besar dalam mempengaruhi perilaku seseorang untuk menjalani kehidupan bermasyarakat dengan baik dan harmonis.
Oleh karena itu, adab dalam konteks Islam ialah “Akhlak Terpuji”, dimana adab sangat erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji, yaitu budi pekerti mulia yang luhur.
Dalam ibadah dan ketaatan (dalam Islam), adab mencakup adab kepada Allah (seperti ikhlas dan tawakal) dan adab kepada sesama makhluk.
Bahkan, adab juga berarti mengangkat harkat dan martabat seseorang berdasarkan ketetapan Allah.
Budi pekerti mulia adalah perilaku, sikap, dan tindakan seseorang yang konsisten mencerminkan nilai-nilai luhur, sopan santun, dan etika berdasarkan norma agama, hukum, dan adat istiadat. Ini melibatkan pengembangan kesadaran untuk berbuat baik secara sadar dan berkelanjutan, tidak hanya dalam tindakan sporadis, tetapi dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Sekedar mengingatkan bahwa memasuki bulan Robiul Awal 1447 H, bertepatan dengan 25 Agustus 2025, awal pergerakan demo nasional masif ke hampir seluruh pusat kota besar dan kota ramai di Indonesia.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyampaikan data rekapitulasi terhadap aksi unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025. Tercatat aksi demo terjadi di 107 titik di 32 provinsi.
Dari jumlah tersebut, sebagian berlangsung damai, namun banyak pula yang berujung kerusuhan dengan perusakan dan pembakaran.
Mengutip pernyataan
Mendagri Tito Karnavian bahwa data rekapitulasi terhadap aksi unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025. Tercatat aksi demo terjadi di 107 titik di 32 provinsi.
Dari jumlah tersebut, sebagian berlangsung damai, namun banyak pula yang berujung kerusuhan dengan perusakan dan pembakaran.