SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Surabaya ingin mewujudkan kota zero TBC di tahun 2030. Salah satu cara dengan mengintensifkan upaya pencegahan dan penanggulangan melalui pendekatan kolaboratif berbasis komunitas.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa penanggulangan TBC tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Ia menekankan pentingnya peran serta seluruh masyarakat, khususnya para Kader Surabaya Hebat serta pengurus RT dan RW, dalam mengedukasi dan mendampingi warga.
Dijelaskan, untuk mewujudkan target zero TBC di 2030, Pemkot Surabaya melibatkan 27.000 Kader Surabaya Hebat (KSH) yang akan diterjunkan ke setiap RT untuk memberikan sosialisasi, dengan target satu kader mendampingi 20 rumah.
“Selain ada kader juga ada Satgas TBC. Jadi masifnya dari KSH kalau ternyata pemeriksaannya positif TBC satgas yang akan turun. Bahkan, ada pula satgas yang bertugas melakukan pendampingan minum obat untuk memastikan obat tersebut benar-benar dikonsumsi, tidak dibuang,” terangnya.
Eri berharap, masyarakat berani jujur akan kondisinya dan tidak lagi menolak pengobatan TBC apabila dinyatakan positif. Sebab, TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan apabila rutin mengkonsumsi obat selama 6 bulan. Ia juga berpesan untuk tidak mengucilkan seseorang yang sedang melakukan pengobatan TBC.
“Jangan menghakimi, tapi ingatkan dan kuatkan. Jika ada yang batuk, sarankan untuk pakai masker dan periksa ke Puskesmas,” pesan Eri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina menjelaskan bahwa
“Kami melakukan skrining masif, pengobatan gratis, dan pendampingan minum obat untuk pasien,” jelas Nanik.
Sementata itu, Kadis Kesehatan Kota Surabaya, Menurut Nanik Sukristina mengatakan, tantangan pemkot dalam penanggulangan penyakit TBC adalah tingginya mobilitas penduduk yang menyebabkan banyak kasus dari luar wilayah tercatat di Surabaya, serta masih adanya stigma negatif yang membuat penderita enggan untuk berobat.