Surabaya Ingin Wujudkan Kota Zero TBC di Tahun 2030

Surabaya Ingin Wujudkan Kota Zero TBC di Tahun 2030
Surabaya ingin mewujudkan kota zero TBC di tahun 2030.

Untuk mengatasi ini, pihaknya memberdayakan 27.000 kader yang dilatih dengan 25 kompetensi kesehatan, termasuk TBC. Dalam penyuluhan juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi (13 universitas), hingga media.

Disebutkan pula bahwa Dinkes telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka TBC di Kota Surabaya, di antaranya melakukan skrining aktif dan pasif melalui Mobile X-ray berbasis kecerdasan buatan (AI) yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Poltekkes.

“Kami juga memberikan pengobatan gratis dan dukungan nutrisi (susu) bagi pasien TBC dari keluarga miskin. Terdapat juga pendampingan minum obat untuk memastikan pasien menelan obatnya secara tuntas, bukan hanya sekadar memegang,” terangnya.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga menerapkan sanksi bagi warga yang menolak pengobatan, seperti pemasangan stiker di rumah penderita dan penonaktifan Kartu Tanda Penduduk (KTP) serta BPJS Kesehatan.

Melalui pendekatan yang humanis namun tetap tegas, sebut Nanik, pihaknya berupaya menciptakan kesadaran kolektif bahwa TBC adalah penyakit yang bisa disembuhkan.

Sebelumnya, Pemkot Surabaya berhasil mencatatkan rekor baru dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui kegiatan penyuluhan TBC bertajuk “Merdeka TBC” yang diadakan secara serentak di 1.361 RW se-Kota Surabaya pada 28 Agustus 2025.

Senior Manager MURI Andre Purwandono mengatakan, rekor ini diberikan atas dasar jumlah lokasi penyuluhan terbanyak di tingkat RW yang belum pernah tercatat sebelumnya di Indonesia.

Ini, sebut dia, menunjukkan komitmen kuat Pemkot Surabaya dan warganya dalam membangun kesadaran bersama.

“Jadi ini merupakan salah satu kegiatan yang masuk ke dalam kategori muri yaitu bersifat superlatif segala sesuatu yang dapat dihitung. Yang menjadi penilaian dari MURI ini adalah banyaknya RW yang melakukan penyuluhan TBC dan baru pertama kali di Indonesia,” ujar Andre. (*)

Editor: Wetly