Blitar  

Akibat Rambut Dipotong Paksa, Siswa MTsN di Kota Blitar Trauma Psikis, Orang Tua Ajukan Somasi

Akibat Rambut Dipotong Paksa, Siswa MTsN di Kota Blitar Trauma Psikis, Orang Tua Ajukan Somasi
Orang tua siswa bersama pengacara saat melakukan somasi di MTsN di Kota Blitar

Menanggapi hal ini, pihak MTsN  melalui guru kesiswaan Saifuddin mengakui adanya keteledoran. Memang tidak ada aturan tertulis soal panjang rambut, tapi secara lisan kami sering menyampaikan, terutama di awal tahun ajaran dan saat upacara. Ini akan jadi bahan koreksi kami.

“Pihak sekolah telah menugaskan petugas keamanan sebagai garda terdepan dalam menjaga kerapian siswa. Security kami anggap paling bisa mengamati langsung kerapian rambut siswa saat mereka datang dan pulang sekolah,” ujarnya.

Pihaknya juga menyampaikan bahwa pihak sekolah telah melakukan pendekatan preventif, dengan memanggil orang tua siswa dan mengunjungi rumah M.H.A, sebagai bentuk itikad baik. Pihak sekolah pun telah menyampaikan permintaan maaf secara langsung atas kejadian tersebut.

“Yang disampaikan ke kami bukan hanya soal rambut, tapi juga bahwa siswa tidak ingin masuk di kelas tahfidz. Kami sudah berkomunikasi dengan wali murid dan kuasa hukumnya,” tandasnya.

Kejadian ini menjadi sorotan publik karena menyentuh isu sensitif dalam dunia pendidikan: batas antara penegakan disiplin dan pelanggaran terhadap hak anak. Apakah niat menjaga ketertiban telah melewati batas kemanusiaan?. Publik kini menanti langkah serius dari pihak sekolah dan instansi terkait agar kejadian serupa tidak terulang. (*)