Opini  

Debat Capres dan Cawapres Seri lll “Perang Kesabaran”

Debat Capres dan Cawapres Seri lll “Perang Kesabaran”
Djoko Tetuko

Dalam mengambil setiap hukum pastilah ada rujukan atau tempat diambilnya suatu keputusan, yaitu sumber hukum Islam yang tentunya sumber yang pokok dan utama adalah Al-Qur’an dan diperjelas oleh hadits.

Di samping itu ada pula bermacam macam metode yang merupakan produk dari penemuan para ulama yang selanjutnya terus mengalami perkembangan dengan pesat berdasarkan permasalahan yang semakin kompleks.

Politik Sabar dan Damai

Tahun politik dengan peperangan digital begitu dahsyat. Juga percepatan komunikasi digital dalam sekejab mengubah “keimanan politik”, supaya perubahan atau keinginan mengubah atau diubah oleh keinginan luhur, maka sekali lagi membutuhkan kesabaran ekstra. Sehingga memang harus berpolitik dengan sabar dan damai.

Sekedar memberikan gambaran ketika wahyu memindahkan kiblat dari Masjidil Aqso ke Masjidil Haram, menimbulkan gesekan para ahli kitab. Maka Allah Subahanahu wa Ta’ala mengingatkan untuk kembali ke jalan paling hakiki, sebagimana surat Al-Baqarah, ayat 177 memberikan petunjuk sederhana, dalam melakukan kontemplasi sekaligus bercermin diri atas kebijakan dalam menenun kebajikan.

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah, ayat 177).

Apa korelasinya dengan tahun politik dan pilihan politik? Memilih pemimpin atau memilih petugas partai atau para calon pemimpin pilihan partai, di eksekutif dan legislatif. Bukan sekedar timur dan barat, hitam dan putih. Tetapi merekam hakiki kehidupannya dalam  berbangsa, bernegara, dan beragama.

Tentu saja dengan kesabaran tertinggi, yaitu, “… sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan.” Jika hari ini hingga hari pencoblosan adalah peperangan menentukan nasib negara dan bangsa Indonesia ke depan sesuai harapan, untuk mewujudkan, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, maka itulah pilihan paling tepat. Bukan sekadar ikut ikutan. Apalagi memilih dengan pilihan buta. Inilah hakiki kesabaran dalam “perang kesabaran”. Mengoreksi kembali rekam jejak kebenaran dan kejujuran.

Debat capres dan cawapres serta kampanye para calon legislatif adalah perwujudan demokrasi. Guna mewujudkan pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Demokrasi juga mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi juga mencakup kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya.

Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

Oleh karena itu asas, demokrasi mencakup kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan berbicara, inklusivitas dan kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang terperintah, hak suara, kebebasan dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum minoritas.

Rasulullah memberikan garis garis besar dengan menyatakan, “bahwa perbedaan antar-umat adalah rahmat”. Jika perbedaan itu semata mata menuju satu tujuan sebagai kebajikan para pemimpin yang sungguh-sungguh. (*)