Rasulullah SAW pernah bersabda tentang ancaman sosok pemimpin penipu:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tiada seorang yang diamanati Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati, ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga,” (HR Bukhari)
Dari hadits di atas bukan sekedar peringatan namun menjadi ancaman serius. Sedang faktanya, menipu, membohongi dalam dunia politik disebut ‘sego jangan’ (hal lumrah).
Bila kita lebih memilih kegiatan di akhirat nanti lebih kekal dan abadi, tentu para pemimpin lebih memperhatikan nasib rakyat. Marilah hidup yang hanya ‘mampir ngombe’ dijadikan sebagai bekal dan modal perjuangan, sesuai sabda beliau Baginda Rasulullah SAW:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْعَابِر سَبِيْلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ
“Jadilah di dunia seperti kamu mengembara/ berjuang di jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur,” (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Kalau tambah yakin bahwa hidup pasti mengalami kematian, tentu tidak akan grusa-grusu memilih sebagai seorang pemimpin. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish-showab. (*)