Karir militer Soeharto cukup menonjol. Ia pun turut berperang dalam melawan penjajah Belanda. Saat menjabat sebagai presiden, Soeharto menduduki kursi jabatan presiden paling lama. Selama Presiden Soeharto menjabat bersanding dengan beberapa wakil presiden.
Diantaranya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusumah. Sudharmono, Try Sutrisno, dan yang terakhir B. J. Habibie.
3. Presiden BJ Habibie (1998-1999)
BJ Habibie adalah presiden yang sebelumnya menduduki jabatan wakil presiden di masa jabatan Presiden Soeharto. Ia memimpin negara Indonesia tanpa didampingi seorang wakil presiden.
4. Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden yang juga menjadi tokoh dalam organisasi Islam, yakni Nahdlatul Ulama (NU). Ia dilantik oleh MPR pada 20 Oktober 1999 menjadi presiden didamping Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri.
5. Presiden Megawati Soekarno Putri (2001-2004), diangkat dari kursi wakil presiden menjadi presiden. Nama lengkapnya adalah Dyah Permata Megawati Setiawati Soekarno Putri, lahir pada 23 Januari 1946 di kota Yogyakarta.
Ia terpilih presiden pada 23 Juli 2001 untuk menggantikan posisi mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Wakil presiden yang mendampinginya adalah Hamza Haz
6. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)
Presiden keenam Indonesia akrab dengan sebutan SBY. Ia menjadi presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.
SBY berkarir di bidang politik dengan menjadi anggota DPR, Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam) di tahun 2000-2004. Dalam melaksanakan tugas, Presiden SBY dibantu Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (pada periode pertama) dan Wakil Presiden Boediono (periode kedua)
7. Presiden Joko Widodo (2014-Sekarang)
Presiden Joko Widodo lebih dikenal dengan sebutan Jokowi. Sebelum menjabat sebagai seorang presiden, ia adalah seorang gubernur DKI Jakarta.
Jokowi juga sempat menjadi Wali Kota Surakarta sejak tahun 2005 hingga 2012. Wakil-wakilnya adalah M Jusuf Kalla dan Ma’ruf Amin.
Presiden hasil Pemilu 2024 adalah presiden (baru) juga wakil presiden (baru). Dalam istilah Jawa ada pepatah begitu luhur dan luar biasa dipopulerkan oleh Presiden Soeharto, “Mikul Duwur, Mendem Njero”. Siapa pun presiden dan wakil presiden teprilih, wajib hukumnya bersikap terbuka dengan memegang amanah sungguh-sungguh. Tetapi tetap menjaga pesan leluhur yang agung. Melanjutkan kepemimpinan nasional dengan berjanji memberantas korupsi, menjaga marwah amanah untuk tidak kolusi, juga memegang Teguh martabat hebat supaya Indonesia sehat. Tidak Nepotisme.
KKN memang mudah diucapkan, mudah digembar-gemborkan. Tetapi tidak mudah memang diwujudkan seorang pemimpin. Presiden (baru) mau tidak mau, suka tidak suka, sudah punya kewajiban melawan kedhaliman dan ketidakadilan serta benar-benar melawan KKN.
“Mikul Duwur, Mendem Njero (Mengangkat Setinggi-tingginya kebaikan pemimpin siapa saja, dan mengubur sedalam dalamnya kejelekannya atau keburukan pemimpin siapa saja) adalah keniscayaan. Bahkan jika berharap lahir “Keajaiban” (baru) dalam memimpin negara dengan umat Islam terbesar seluruh dunia ini akan berhasil dengan derajat terhormat, juga diturunkan berbagai keajaiban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. InsyaAllah? Maka berbudi pekerti luhur dengan sungguh-sungguh, adalah kunci sekaligus keniscayaan. (Djoko Tetuko/BBS)