SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Ratusan alumni Universitas Negeri Jember (Unej), serius berdialog dan merumuskan konsep usulan dalam memajukan Jatim 5 tahun ke depan.
Rumusan pemikiran KAUJE ini kemudian akan diserahkan kepada pemimpin daerah Jawa Timur, sebagai sumbangsih alumni Unej kepada negara. Sehingga dapat dijadikan pijakan Gubernur Jatim periode selanjutnya, mengingat periode ini jabatan Gubernur Jatim akan berakhir Desember 2023, dan akan Pilkada pada September 2024.
Hal tersebut diungkapkan Lutfil Hakim, yang baru saja dilantik sebagai Ketua KAUJE Korwil Jatim, Sabtu (16/12/2023). Dalam forum dialog tersebut Lutfil yang juga Ketua PWI Jawa Timur didapuk sebagai moderator.
Lutfil Hakim dikukuhkan sebagai Ketua KAUJE Korwil Jatim dan Eri, SH sebagai Ketua KAUJE Korda Surabaya, untuk periode 2023-2027 oleh Ketua PP KAUJE HM. Sarmuji.
Menurut Lutfil, ada sejumlah catatan dan pekerjaan rumah (PR) bagi Provinsi Jatim yang harus dilakukan jika mengacu pada program memajukan Indonesia Emas 2045.
Sementara itu Doktor Igna Martha Hendrati, ahli perencanaan pembangunan UPN Veteran JawaTimur, menyatakan, pemerintah Jatim butuh menerapkan green ekonomi. “Tapi di sini kita ajukan pertanyaan, pentingkah memasukkan sirkuler ekonomi dalam RPJMD 2024, menanggapi RPJPN yang ditetapkan pemerintah 2025-2045,” sergah Doktor Igna.
Di situ katanya dibutuhkan penajaman sinkronisasi RPJMN, di mana RPJMN dan RPJMD sebagai pedoman yang harus dilakukan.
“Kita lihat sasaran di visi 2045, bahwa kita akan menjadi negara maju, dengan pendapatan perkapita sepeeti negara maju, kemiskinan nol persen, ketimpangan kecil, daya saing tinggu, emisi GRK, dan net zero emission,” bebernya.
Dalam Perpres nomor 39 tahun 2023, manajemen risiko pembangunan nasional sudah dilakukan di 2025-2029, dan ditetapkan sejak tahap perencanaan, hingga pada pelaksanaan, dan pasca.
Maka transformasi menyeluruh dari RPJMN 2025-2029 dari RPJP 2025-2045 itu di antaranya transformasi sosial, ekonomi, dan tata kelola. “Juga perlu ada landasan kiat dan kerangka,” tukasnya.
Igna, menekankan transformasi ekonomi, melalui iptek, inovasi dan produktivitas ekonomi. “Dari sini, penguatan berbasis sumberdaya alam, dan sebagainya. Saya ingin menelankan penerapan ekonomi hijau,” sergahnya.
Dia yakin ekonomi hijau di Jatim tidak akan sulit, karena sejak 2014, telah dihitung sehingga butuh namanya intervensi itu, sirkuler ekonomi.
“Apa itu sirkuler ekonomi? Dia merupakan regenerasi sistem dimana resource digunakan selama mungkin. Di RPJP dan RPJMN mengikuti sesuai indikator SDG’s,” ujarnya.
Beda dengan Doktor Imron Mawardi, yang melihat Jatim dari indikator pertumbuhan ekonomi masih on the track.
Kata ahli ekonomi syariah Universitas Airlangga dan alumni Unej ini, mencontohkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 74,65, di atas rata-rata nasional tapi faktanya tidak merata di semua daerah, Kabupaten Bondowoso masih 60.
Jika dilihat usia di atas 25 tahun rata pendidikan itu 8,1 tahun artinya tidak lulus SMP. “Ini kan PR, kenapa IPM naik, tapi pendidikan mereka rendah. Jika IPM tinggi maka ada kesejahteraan di situ. Nah usaha yang harus dilakukan ke depan adalah memutus memutus rantai kemiskinan melalui sektor pendidikan,” beber Imron.