Bahkan tidak berlebihan menyebut Indoensia sebagai “Negara Bakda Mulud”, karena guna memperingati hari kelahiran tetap dalam nuansa maulid (hari kelahiran), maka bulan setelah itu disebut sebagai bulan “Bakda Mulud”.
Seperti diketahui,
sama seperti kalender pada umumnya, Kalender Jawa juga memiliki bulan atau dikenal dengan sebutan sasi atau bulan. Nama-nama bulan dalam kalender Jawa yang diserap dari bahasa Arab, mengalami perubahan dan disesuaikan dengan pengucapan dan bahasa orang Jawa, yaitu menjadi :
Bulan 1 : Suro
Bulan 2 : Sapar
Bulan 3 : Mulud
Bulan 4 : Bakdo Mulud
Bulan 5 : Jumadil Awal
Bulan 6 : Jumadil Akhir
Bulan 7 : Rejeb
Bulan 8 : Ruwah (Arwah, Sabun)
Bulan 9 : Poso (Puwasa, Siyam, Ramelan)
Bulan 10 : Sawal
Bulan 11 : Selo, dan
Bulan 12 : Besar.
Pemberian nama bulan Bakdo Mulud, menunjukkan bahwa masyarakat Jawa sebagai nakhoda Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah begitu mencintai Rasulullah di atas cintanya terhadap keluarga dan lainnya. Dan majelis sholawat menjadi sebuah konser besar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara begitu agung dengan semata mata karena Alloh Subahanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana termaktub dalam ayat kursi; Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.
Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.”
“… Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya”. Adalah sesuatu yang mutlak bahwa kecintaan kepada Kanjeng Nabi adalah mengharapkan rahmat dari Allah SWT, karena petunjukNya untuk membaca sholawat kepada Nabi Muhammad.
Kecintaan masyarakat Jawa atau mayoritas umat Islam kepada Nabi Muhammad, karena sabda Nabi SAW, “Salahseorang di antaramu tidak beriman sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orangtuanya, anaknya, dan semua manusia.” (HR Bukhari).
Hal sebagaimana firmanNya,
“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (Surat An-Nisa, ayat 80)..(*)